Suara.com - Pemerintah Lebanon ternyata telah diperingkatkan terkait potensi ledakan dari timbunan 2.750 ton amonium nitrat di pelabuhan Beirut. Peringatan itu sudah muncul sejak Juli 2020.
Fakta tersebut pertama kali dilaporkan Reuters. Mereka mendapatkan informasi itu usai mengutip laporan Direktorat Jenderal Keamanan Negara Lebanon.
Dokumen itu merujuk pada surat pribadi yang dikirim ke Presiden Michel Aoun dan Perdana Menteri Hassan Diab pada 20 Juli.
Menurut seorang pejabat keamanan senior yang tidak disebutkan namanya, surat itu merangkum hasil penyelidikan yang menyimpulkan bahwa bahan kimia yang disimpan di pelabuhan Beirut perlu "segera diamankan".
"Ada bahaya material ini, jika dicuri, dapat digunakan dalam serangan teroris,” kata pejabat itu kepada Reuters, dikutip dari Sputniknews, Selasa (11/8/2020).
"Di akhir investigasi, Jaksa Agung (Ghassan) Oweidat menyiapkan laporan akhir yang dikirim ke pihak berwenang."
Meskipun ada peringatan dari pehabat kemananan sebelum ledakan itu terjadi, Presiden Aoun membantah bahwa dirinya harus bertanggung jawab dalam tragedi mengerikan itu.
![Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab. [AFP]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/05/12/13260-hassan-diab.jpg)
Sebaliknya, dia bersikeras memerintahkan sekretaris jendral dewan pertahanan tertinggi untuk mengurus semuanya.
Menurut Aoun, Presiden tidak memiliki kewenangan untuk menangani langsung pelabuhan tersebut.
Baca Juga: WNI di Lebanon Diminta Diam dan Tak Ikut Demo Usai Ledakan Beirut
Pada bulan Januari, tulis Reuters, seorang hakim meluncurkan penyelidikan resmi mengapa Hangar 12, tempat penyimpanan bahan kimia itu memiliki lubang di dinding dan salah satu pintunya copot.
Jaksa Agung Oweidat telah memberi perintah untuk memperbaiki lubang. Setelah itu, otoritas pelabuhan juga diarahkan untuk menyediakan penjaga ke Hangar 12 dan memperbaiki tembok selatan.
"Pemeliharaan dimulai dan (otoritas pelabuhan) mengirim tim pekerja Suriah (tetapi) tidak ada yang mengawasi mereka ketika mereka masuk untuk memperbaiki lubang," kata pejabat keamanan.
Pejabat kemanan yang tak disebutkan namanya itu menyebut Beirut masih beruntung karena gudang penyimpanan amonium nitrat itu menjorok ke arah laut.
"Kalau tidak, semua Beirut akan hancur," katanya.
"Masalahnya adalah tentang kelalaian, tidak bertanggung jawab, penyimpanan yang buruk, dan penilaian yang buruk."
Ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut menewaskan sedikitnya 163 orang dan melukai ribuan lainnya.
Bencana itu juga membuat sekitar 6.000 bangunan porak poranda. Pemerintah Lebanon sendiri, termasuk Perdana Menteri Hassan Diab, telah mengundurkan diri akibat insiden itu.