Keji! Bocah Digantung Terbalik dan Disabet Pakai Selang oleh Pria Ini

Selasa, 11 Agustus 2020 | 08:53 WIB
Keji! Bocah Digantung Terbalik dan Disabet Pakai Selang oleh Pria Ini
Pria menyiksa anak. (Instagram/@medanheadlines)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah video kekejian seorang laki-laki menghajar anak viral di sosial media. Pria itu menggantung terbalik seorang anak dan menyabetnya berkali-kali.

Dalam sebuah video yang salah satunya diunggah oleh akun Instagram @medanhadlines pada Senin (10/8/2020), pria itu tak henti membentak seorang bocah yang sudah menangis tersedu-sedu.

Bocah tersebut diikat kakinya dan digantung terbalik di sebuah kusen pintu.

Sementara seorang pria berkepala pelontos yang mengenakan kaus hitam tampak memegang seutas selang hijau yang ia gunakan untuk menyabet bocah malang itu.

Baca Juga: KPAI Sebut Pemeran Video Porno Anak Mau Bertaubat dan Masuk Pesantren

Sambil membentak-bentak, pria itu menyabetkan selangnya berkali-kali ke tubuh si bocah.

Bocah itu tak henti menjerit dan menangis kesakitan. Selain karena digantung terbalik yang membuat kepalanya hampir menyentuh lantai, selang itu juga tampak tak main-main disabetkan dengan keras ke kulitnya.

Video selengkapnya bisa disaksikan di sini.

Hingga berita ini dipublikasikan, belum diketahui lokasi peristiwa penyiksaan anak tersebut terjadi.

Namun, sejumlah warganet yang menyaksikannya terlanjur mengutuk perbuatan keji melalui ribuan komentar yang ditujukan kepada si pria penyiksa anak.

Baca Juga: Arab Saudi Tangkap Kelompok Penyiksa Penyu di Pantai Amlaj

"Aihhh itu manusia atau setan?" komentar seorang warganet.

"Di luar sana banyak enggak punya anak pak, kok punya anak diperlakukan seperti itu, di mana otak bapak ini. Miris rasanya melihatnya," tulis warganet lain.

"Tangkap pelaku, sekalian sama yang rekam. Biadab benar," imbuh warganet.

"Bapak kalau stres jangan dilampiaskan ke anak pak, kasihan. Semoga aparat kepolisian segera menangkap bapak ini ya," kata warganet lagi.

KPAI:  Kasus kekerasan naik saat PSBB dilonggarkan

Berdasarkan laporan yang diterima Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), peningkatan kasus kekerasan seksual pada anak terjadi selama dua bulan terakhir.

"Kalau kekerasan seksual di data kita dalam laporan terjadi peningkatan, terutama dari segi jumlah korban, selama dua bulan belakangan ini. Misalnya, kita lihat warga negara Amerika itu ada beberapa yang jadi korban. Kemudian yang warga negara Perancis ada 305 yang terlaporkan. Kemudian kalau yang di Jambi ada 35 remaja anak SMP dan SMA," papar Komisioner KPAI Jasra Putra saat dihubungi Suara.com, Jumat (17/7/2020).

Jasra menyampaikan, KPAI perlu menganalisis lebih dalam penyebab peningkatan kasus tersebut. Meski begitu menurutnya, ada kemungkinan lantaran kondisi di dalam rumah tidak nyaman dan aman, sehingga membuat anak pergi ke luar yang kemudian dimanfaatkan oleh pedofil.

"Kasus mulai bermunculan ketika dilonggarkan. Misalnya ada di Lampung, Jakarta, ada Jambi. Ini harus jadi perhatian kita, terutama keluarga yang terdekat dengan anak," ujarnya.

Selain pelaku dari pihak luar, kekerasan pada anak juga masih rentan terjadi dari dalam rumah, lanjut Jasra. Apalagi di daerah yang masih masuk zona merah Covid-19.

Menurut Jasra, orangtua yang memiliki keterbatasan pengasuhan berisiko lebih besar melakukan kekerasan. Apalagi anak-anak masih melakukan sekolah dari rumah. Menurut Jasra, tidak semua orangtua bisa berperan dengan baik menjadi guru bagi anak.

"Situasi rumah kalau tidak nyaman dan aman, juga orangtua memiliki keterbatasan pengasuhan, tentu tingkat kekerasan bisa muncul. Baik kekerasan fisik, psikis, juga verbal pada keluarga," ucap Jasra.

"Dulu kan kita beranggapan kalau anak ada di rumah akan happy. Tapi sekarang kalau kita lihat data yang beredar, anak justru ada kerinduan kembali ke sekolah. Karena rumah tidak nyaman baginya. Karena tidak semua orantua sanggup," tambahnya.

Oleh sebab itulah diperlukan peran orangtua dalam melihat sinyal anak yang mulai bosan berada di dalam rumah. Jasra mengatakan bahwa penting adanya interaksi yang positif antara anak dan orangtua.

"Kalau sudah bosan dari rumah, berarti situasi rumah sudah mulai menjenuhkan, dan kalau sudah bosan tingkat kekerasan akan muncul," kata Jasra.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI