Doni Monardo Sebut Ancaman Covid-19 Nyata, Bak Malaikat Pencabut Nyawa

Senin, 10 Agustus 2020 | 17:49 WIB
Doni Monardo Sebut Ancaman Covid-19 Nyata, Bak Malaikat Pencabut Nyawa
Doni Monardo, Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. (Dok.Ist)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua Satgas Covid-19 Letjen TNI Doni Monardo menegaskan bahwa virus yang pertama kali ditemukan di Kota Wuhan, China itu bukan sebuah rekayasa dan meyakini ancamannya nyata.

Dengan begitu, ia mengajak seluruh kepala daerah untuk bisa melindungi warganya terutama yang termasuk ke dalam kelompok rentan.

Doni mengatakan dampak dari penularan Covid-19 bisa menyebabkan ratusan ribu orang meninggal dunia di seluruh pelosok negeri.

Meski begitu, tidak ada yang mengetahui kapan kondisi tersebut dapat berakhir, apalagi vaksinnya pun masih diupayakan hingga saat ini.

Baca Juga: Satgas Covid-19 Beberkan 3 Pemicu Kasus Corona di Jabar Meningkat

Hal itu disampaikan Doni dalam Rapat Koordinasi Pencapaian Target Realisasi APBD 2020 dan Sosialisasi Penggunaan Masker, Cuci Tangan, serta Jaga Jarak untuk Perubahan Perilaku Baru Masa Pandemi Covid-19 yang digelar secara virtual, Senin (10/8/2020).

"Covid-19 bukanlah rekayasa, Covid-19 bukanlah konspirasi, ancamannya nyata, saya mengatakan Covid-19 ibarat malaikat pencabut nyawa karena korban yang telah mencapai 700 ribu orang," kata Doni.

Ketua Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) itu melanjutkan, meski vaksin sudah ditemukan, belum tentu bisa langsung diberikan kepada masyarakat.

Karena jumlahnya yang terbatas, membuat pemberian vaksin ditaksir membutuhkan waktu yang lama.

Mengantisipasi hal tersebut, Doni mengajak kepala daerah mulai dari wali kota, bupati hingga gubernur untuk melakukan salah satu strategi yakni melindungi kelompok rentan.

Baca Juga: Jakarta Lagi-lagi Pecah Rekor Kasus Covid, Hari Ini Tembus 435 Pasien Baru

Kelompok yang dimaksud ialah warga yang berusia di atas 60 tahun.

"Kenapa begitu? Karena 85 persen angka kematian adalah mereka yang berusia di atas 50 tahun dan memiliki komorbid. Jenis komorbid yang paling beresiko adalah hipertensi, diabet, jantung, asma, kanker, ginjal, dan beberapa penyakit penyerta lainnya," ujarnya.

Menurutnya, kalau pemerintah daerah dan pusat bisa melindungi kelompok rentan itu, maka setidaknya negara bisa memberikan perlindungan hingga 85 persen untuk warganya.

Selain itu, perlu juga adanya upaya serius dari seluruh kepala dinas kesehatan mulai di tingkat provinsi hingga kabupaten/kota untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kesehatan.

"Kita semua melihat data bahwa tidak sedikit dokter-dokter kita, pahlawan-pahlawan kemanusiaan, termasuk tenaga kesehatan lainnya yang wafat," ujarnya.

Kalau hal tersebut bisa dilakukan, maka pemerintah bisa mempercepat pemutusan mata rantai penularan Covid-19 sembari meningkatkan kesadaran masyarakat secara kolektif.

"Seseorang tidak bisa berpuas diri kalau dia disiplin tanpa dia mampu mengajak lingkungannya disiplin. Covid-19 sangat berbahaya, tapi manusia yang membawa Covid-19 jauh lebih berbahaya," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI