Suara.com - Pandemi virus Covid-19 yang tak berkesudahan di tanah Air --juga belahan dunia lainnya-- membuat manusia harus memutar otak agar bisa beraktivitas secara normal.
Wacana new normal atau normal baru diklaim sebagai salah satu 'jalan baru' agar bisa berdamai dengan virus mematikan tersebut.
Deputi Bidang Pencegahan BNPB, Lilik Kurniawan mengatakan, adaptasi kebiasaan baru pada intinya adalah mengubah kebiasaan. Untuk bisa merubah hal tersebut, sejumlah taktik dirancang agar pelaksanaannya dapat berjalan secara masif.
Lilik mengatakan, untuk bisa mengkampanyekan hidup sehat sesuai dengan protokol yang sudah ditetapkan, pihaknya akan menggandeng seluruh stake holder. Misalnya, merangkul para tokok masyarakat, ulama, maupun relawan-relawan yang suaranya dapat didengar oleh banyak orang.
Baca Juga: Kabari Baik, Tidak Ada Kasus Baru Covid-19 di Thailand Sejak Kemarin
"Kami harus mengajak para tokoh-tokoh, ulama, relawan yang kemudian bisa didengar masyarakat sebagai agen perubahan,yang kemudian menjadi bagian dari skenario besar untuk mengajak semua pihak," ungkap Lilik dalam keterangan yang disiarkan akun Youtube BNPB, Senin (10/8/2020).
"Paling tidak, kalau sekarang kampanyenya pakai masker, tokoh itu, agen perubahan itu akan mengajak semua masyarakat pakai masker," sambungnya.
Berkenaan dengan hal itu, Lilik menyoroti ihwal perilaku masyarakat kekinian--khususnya selama masa pandemi berlangsung. kata dia, perubahan perilaku di masyarakat memerlukan waktu yang panjang --entah sampai kapan.
Lilik menilai, kunci dalam mengubah kebiasaan baru di tengah masyarakat adalah kebudayaan. Untuk itu, jalan lain dengan menggandeng berbagai macam pihak sangat diperlukan agar kampanye hidup sehat dapat diterima secara mudah oleh masyarakat.
"Perlu sebenarnya ada tokoh-tokoh panutan, orang-orang yang ada di sekeliling masyarakat, mereka yang selama ini tidak pernah pakai masker untuk kemudian saling mengingatkan. Karena intinya adalah pencegahan, dan ini selalu kita tidak boleh lelah, harus terus mengingatkan, harus cerewet lah kira-kira," kata dia.
Baca Juga: Pesan Wali Kota Banjarbaru Sebelum Wafat: Covid-19 Jangan Dianggap Enteng
Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Bidang Komunikasi, Tim Koordinator Relawan Satgas Penanganan Covid-19, Devi Purgativa mengatakan, pihaknya telah bekerjasama dengan segenap pihak dalam hal ini. Misalnya, kantor Staf Presiden, NGO, hingga organisasi massa.
"Jadi, karena kami sadar, kami tidak bisa bekerja sendiri, maka kami mengundang beberapa stake holder untuk kemudian nanti kita semua bisa bekerjasama. Misalnya ada Kantor Staf Presiden, ormas-ormas, NGO, terus bisnis owner. Itu bisa UMKM, ada bisnis besarnya juga," ujar dia.
Devi bertutur, hal tersebut dilakukan semata-mata untuk memasifkan kampanye --yang dilakukan dengan berbagai macam cara. Contohnya, melalui media sosial atau terjun langsung ke lapangan dan memberikan edukasi secara langsung.
"Jadi kami semua mengajak mereka supaya semuanya mengambil andil dengan caranya masing-masing," lanjut Devi.
Kekinian, kata Devi, sudah banyak gerakan di media sosial dengan tagline memakai masker. Namun, dia berharap tagline tersebut bentuk bermacam-macam agar semua elemen masyarakat tertarik untuk patuh pada protokol kesehatan yang sudah ditetapkan.
"Kami berusaha agar semua orang dari elemen yang berbeda punya hastag masing-masing, tapi juga intinya satu, semuanya harus menerapkan protokol kesehatan: pakai masker, jaga jarak, dan cuci tangan. Tapi balik lagi, walaupun dengan cara yang berbeda-beda, tapi intinya satu. Banyak hastag tidak masalah, yang penting pesannya sama," pungkas dia.