Suara.com - Sejumlah warga Lebanon pada, Minggu (9/8/2020), menyerukan pemberontakan berkelanjutan untuk menggulingkan para pemimpin mereka di tengah kemarahan publik atas ledakan dahsyat pekan ini di Beirut.
Para pengunjuk rasa telah meminta pemerintah untuk mengundurkan diri atas apa yang mereka sebut sebagai kelalaian yang menyebabkan ledakan.
Kemarahan memuncak menjadi adegan kekerasan di Beirut pada Sabtu (8/8/2020) tengah hari.
Kepala Gereja Maronit Batrik Bechara Boutros al-Rahi mengatakan kabinet harus mundur jika tidak bisa mengubah cara pemerintahan.
Baca Juga: Pejabat Mundur Usai Ledakan Beirut, Pendemo: Undur Diri atau Gantung Diri?
"Pengunduran diri seorang anggota parlemen atau menteri tidak cukup, seluruh pemerintah harus mengundurkan diri jika tidak dapat membantu negara pulih," kata dia dalam khotbah Minggu (9/8/2020), dilansir dari Antara.
Pada hari yang sama, Menteri Penerangan, Manal Abdel Samad mengatakan, dia mengundurkan diri dengan alasan ledakan dan kegagalan pemerintah untuk melakukan reformasi.
Puluhan orang terluka dalam protes pada Sabtu, yang terbesar sejak Oktober ketika ribuan orang turun ke jalan untuk memprotes korupsi, pemerintahan yang buruk, dan salah kelola.
Sekitar 10.000 orang berkumpul di Martyrs 'Square, yang diubah menjadi zona pertempuran pada malam hari antara polisi dan pengunjuk rasa yang mencoba mendobrak penghalang di sepanjang jalan menuju parlemen.
Beberapa demonstran menyerbu kementerian pemerintah dan Asosiasi Bank Lebanon.
Baca Juga: Demonstran Bentrok dengan Polisi di Lebanon, 1 Polisi Tewas, 117 Luka
Para pengunjuk rasa melawan lusinan tabung gas air mata yang ditembakkan ke arah mereka dan melemparkan batu dan petasan ke polisi anti huru hara, beberapa di antaranya dibawa ke ambulans. Seorang polisi tewas.