Suara.com - Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menceritakan kisahnya saat dipenjara akibat kasus penistaan agama. Saat itu, anak-anaknya begitu terpukul hingga ingin pindah kewarganegaraan.
Cerita itu ia bagikan kala berbincang dengan Iyas Lawrence dalam tayangan yang diunggah di kanal YouTube Panggil Saya BTP, Sabtu (8/8/2020).
Ahok menceritakan ketika dirinya didemo oleh massa dalam aksi 411, anak-anaknya, Nicholas Purnama, Nathania Purnama, dan Daud Albeenner Purnama, masih bisa bertahan dan menganggap peristiwa itu biasa saja.
Begitu pula saat Ahok menjalani pemeriksaan dan sidang atas kasus penistaan agama yang dilatar belakangi oleh frasa 'dibohongi Surat Al Maidah', ketiga anaknya masih menunjukkan reaksi yang dinilainya tidak berlebihan.
Baca Juga: Update Kasus Pencemaran Nama Baik Ahok, Berkas Segera Dikirim ke JPU
Ahok mengatakan anak-anak tidak menunjukkan kekhawatiran lantaran dirinya sudah sering mendapat protes dan demo selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
"Di rumah biasa-biasa aja. Enggak, kita biasa aja, kita jalani aja," kata Ahok
Baru kemudian ketika Ahok dijatuhi hukuman pidana dan masuk penjara, anak-anaknya menunjukkan reaksi yang berbeda.
"Waktu baru masuk mereka agak marah, dan syok, dan stres. Anak cewek saya sempat berpikir mau pindah warga negara lah. Daud langsung jatuh, dia nangis. Jadi akhirnya bisa terima juga si Nicho. Cuma takutnya di-bully kan, dia kuliah di UI kan," ungkap pria yang juga dipanggil BTP ini.
Beruntung, anak ketiganya, Daud yang kala itu masih berusia delapan tahun tidak mendapat perundungan oleh kawan-kawannya di sekolah.
Baca Juga: Dua Tersangka Penghina Ahok Ngaku Khilaf dan Minta Maaf
"Sekolah Daud juga dia enggak di-bully. Guru-gurunya baik, bilang "papamu enggak salah, papa mu is a hero". Jadi anak-anak membangkitkan semangat dia. Bahwa papanya ini hero," papar Ahok.
Untuk mengatasi rasa kalutnya selama di dalam penjara, Ahok mengaku jadi lebih banyak berpikir.
"Kamu perlu dikurung baru kamu tahu. Lo enggak mau damai lo mati sendiri hehehe. Lo mati sendiri lo di dalam lo. Kamu kalau marah kan mikirin dia terus. Lebih baik kita kerjakan sesuatu yang baru kan. Membaca. Saya doa lah," ujar pria 54 tahun itu.
Ia juga bersyukur karena menemukan berbagai hal positif yang bisa didapatkan ketika di dalam bui.
"Waduh ini bersyukur banget ya, bisa tiap hari senin sampai jumat bisa dijemur, tiap hari olah raga, tiap hari tidur 8 jam, jam 10 malam wajib tidur kan, makan tepat waktu,sebelum jam 6 selesai makan. jadi sebelum tidur 4 jam kosong perut kita," tukas pria yang kini menjabat sebagai Komisaris Utama PT Pertamina.
Dari kejadian itu pula, Ahok merasa bahwa waktu menjadi salah satu hal yang paling penting di dunia.
"Apa yang dilakukan di dalam? Waktu. Astaga 24 jam itu sama kan detak jam itu. Satu jam itu lama lho. Lama jalannya. Lihat kalender di meja itu coretnya lamaaaa lewat seminggu," Ahok memungkasi.