Vijay Dandapani, pemimpin Asosiasi Hotel New York, mengatakan relokasi tunawisma ke hotel adalah solusi jangka pendek yang telah menyelamatkan nyawa dan bisnis.
“Hampir setiap hotel ingin melakukan bisnis seperti ini. Ini jangka pendek. Ini tidak permanen," kata Vijay.
“Tahun lalu kami memiliki 69 juta pengunjung ke kota. Saat ini nol. Tidak ada yang mengantisipasi banyak orang melakukan perjalanan apa pun untuk tahun depan."
"Sementara itu, Anda memiliki hotel dengan pajak properti yang harus dibayar."
Baca Juga: Catat! Uji Klinis Vaksin Corona Sinovac Khusus untuk Warga Bandung Raya
Langkah positif dari pemerintah kota New York nyatanya tak selalu didukung semua pihak. Komunitas orang kaya yang tinggal dekat dengan hotel-hotel yang disewa untuk tunawisma merasa terganggu.
Mereka menuding para tunawisma yang tinggal di hotel telah meresahkan lingkungan. warga kaya mengambarkan tunawisma melakukan tindakan kriminal seperti pelanggaran seks danpenggunaan narkoba.
“Komunitas kami ketakutan, marah, dan ketakutan,” salah satu anggota kelompok 'Upper West Siders For Safer Streets' mengatakan kepada New York Post.
Tanggapan dari penduduk ini terhadap solusi sementara untuk melindungi tunawisma dalam pandemi telah memicu reaksi keras dari badan amal dan pejabat kota.
“Ini sangat mengecewakan, namun tidak terlalu mengejutkan bahwa orang-orang bereaksi terhadap orang miskin kulit berwarna dengan semua stigma dan bias yang sama yang telah menandai banyak perdebatan ini selama bertahun-tahun,” kata Simone.
Baca Juga: Studi: Virus Flu Biasa Bisa Latih Tubuh Lawan Covid-19