Juru Bicara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jodi Mahardi menjelaskan, teknologi RKEF diklaim bisa membangun secara ekonomis, cepat, dan memiliki standar lingkungan yang baik.
Teknologi itu juga menghasilkan produk hilirisasi nikel yang bisa bersaing di pasar internasional.
"Kenapa butuh TKA dimaksud? Karena mereka bagian dari tim konstruksi yang akan mempercepat pembangunan smelter dimaksud. Setelah smelter tersebut jadi, maka TKA tersebut akan kembali ke negara masing-masing. Pada saat operasi, mayoritas tenaga kerja berasal dari lokal," ungkap Jodi.
Ia memberi contoh di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Morowali, Sulawesi Tengah, yang saat ini mayoritas sudah beroperasi secara penuh, mempekerjakan 39.500 tenaga kerja lokal dan 5.500 TKA.
Baca Juga: Aksi Penolakan TKA China Kembali Digelar di Konawe, Massa Lakukan Sweeping
Masuknya TKA ke Indonesia mendapatkan kecaman dari banyak pihak. Belum lama ini, serikat buruh Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) mendesak pemerintah untuk memulangkan kembali para TKA China, terlebih saat ini banyak tenaga kerja Indonesia terkena PHK selama pandemi Covid-19.