Protes Berujung Bentrok di Gedung Kementerian Lebanon, Satu Polisi Tewas

Minggu, 09 Agustus 2020 | 11:18 WIB
Protes Berujung Bentrok di Gedung Kementerian Lebanon, Satu Polisi Tewas
Demonstran Lebanon mengibarkan bendera nasional selama bentrokan di Beirut, Sabtu (8/8/2020) (AFP/ Anwar Amro)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sejumlah demonstran menyerbu gedung kementerian Lebanon dan merusak kantor Asosiasi Bank Lebanon dalam unjuk rasa yang berakhir dengan bentrok terkait ledakan besar di Beirut

Menyadur Channel News Asia, seorang polisi tewas dalam protes yang digelar pada Sabtu (8/8) ini. Sementara, ratusan orang terluka.

Puluhan pengunjuk rasa masuk ke gedung Kementerian Luar Negeri Lebanon dan membakar foto Presiden Michel Aoun. Demostran menyebut pemerintah harus disalahkan atas kekacauan yang terjadi saat ini.

"Kami tinggal di sini. Kami meminta rakyat Lebanon untuk menduduki semua kementerian," ujar seorang demonstran melalui megafon.

Baca Juga: Presiden Aoun Menolak Investigasi Internasional Ledakan Beirut

Para pengunjuk rasa mengatakan politisi yang menjabat harus mengundurkan diri dan dihukum karena kelalaian yag mereka sebut telah mengakibatkan ledakan pada Selasa (4/8), yang menewaskan 158 orang dan melukai 6.000 lainnya.

Suasana pelabuhan Beirut setelah terjadinya ledakan dahsyat pada Selasa (4/8/2020). [AFP]
Suasana pelabuhan Beirut setelah terjadinya ledakan dahsyat pada Selasa (4/8/2020). [AFP]

Sekitar 10.000 orang berkumpul di Martyrs's Square, beberapa di antaranya melemparkan batu. Polisi menembakkan gas air mata ketika beberapa pengunjuk rasa mencoba menerobos pembatas jalan di gedung parlemen.

Seorang juru bicara mengatakan satu polisi tewas karena terjatuh ke terowongan lift di gedung terdekat setelah dikejar oleh pengunjuk rasa.

Palang Merah Lebanon mengatakan pihaknya telah merawat 117 orang yang terluka di tempat kejadian, sementara 55 lainnya telah dilarikan ke rumah sakit.

Unjuk rasa yang diwarnai gas air mata, petasan, dan lemparan batu ini juga menyebabkan adanya kebaran di kawasan Martyrs Square.

Baca Juga: Akibat Ledakan di Lebanon, 80 Ribu Anak Jadi Gelandangan

Rekaman televisi menunjukkan pengunjuk ras juga masuk ke gedung Kementerian Energi dan Ekonomi Lebanon.

Mereka meneriakkan "rakyat menginginkan jatuhya rezim", mengulangi nyanyian populer dari pemberontakan Musim Semi Arab 2011 silam. Demonstran juga memegang poster bertuliskan, "pergi, kaliam semua pembunuh."

Kedutaan Besar AS di Beirut mengatakan pemerintah AS mendukung hak para demonstran untuk melakukan protes damai dan mendesak semua yag terlibat untuk menghindari kekerasan.

"(Rakyat Lebanon) layak mendapatkan pemimpin yang mendengarkan mereka dan mengubah arah untuk menanggapi tuntutan populer akan transparansi dan akuntabilitas," ujar Kedubes AS melalui twitter.

Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab mengatakan satu-satunya jalan keluar adalah menggelar pemilihan parlemen dini.

Tragedi pada Selasa (4/8) merupakan ledakan yang terbesar yang pernah terjadi di Beirut. Dua puluh satu orang masih dilaporkan hilang.

Ledakan ini menghantam kota yang masih dilanda perang saudara dan kewalahan akibat krisis ekonomi serta lonjakan infeksi virus corona.

Bagi banyak orang, itu adalah pengingat yang mengerikan akan perang saudara yang dulunya mencabik-cabik bangsa dan menghancurkan sebagian besar Beirut.

Beberapa warga yang berjuang membersihkan puing-puing di rumahnya yang hancur akibat ledakan, mengeluhkan pemerintah kembali mengecewakan mereka.

"Kami tidak percaya pada pemerintah kami," ujar seorang mahasiswa, Celine Dibo, saat ia tengah membersihkan darah dari dinding apartemennya yang hancur. "Saya berharap PBB akan mengambil alih Lebanon."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI