Ibas Sebut Zaman SBY Ekonomi Meroket, Dedek Uki: Tidak Istimewa Juga

Jum'at, 07 Agustus 2020 | 17:01 WIB
Ibas Sebut Zaman SBY Ekonomi Meroket, Dedek Uki: Tidak Istimewa Juga
Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menghadiri konferensi internasional "Ïn The Zone" di Jakarta, Sabtu (14/5).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Eks politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Dedek Prayudi menyoroti pernyataan Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI, Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas, yang menyebut bahwa kondisi perekonomian Indonesia terus meningkat di era SBY.

Menurut Dedek Uki, panggilan akrab Dedek Prayudi, kondisi perekonomian Indonesia di zaman Presiden SBY diakuinya tidak buruk, namun ia juga tidak menemukan keistimewaan.

"Kinerja ekonomi era SBY enggak jelek, tapi enggak istimewa juga," cuit Dedek Uki seperti yang dikutip Suara.com pada Jumat (7/8/2020).

Dedek Uki berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di zaman SBY tidak terlalu signifikan karena adanya commodity bom oleh Tiongkok dan India.

Baca Juga: Ma'ruf Amin Minta Ekonomi Syariah Optimalkan Teknologi Digital

Ia juga menyinggung bahwa perekonomian Indonesia pernah merosot di era kepemimpinan SBY periode kedua.

"Pertumbuhan ekonomi 6% di periode pertamanya juga enggak "wow" mengingat di era itu ada commodity boom di mana pertumbuhan Tiongkok dan Indoa menyentuh 2 digit. Di periode 2, pertumbuhan RI merosot," sambung Dedek Uki.

cuitan Dedek Uki mengulas situasi ekonomi di zaman SBY. (Twitter/@uki23)
cuitan Dedek Uki mengulas situasi ekonomi di zaman SBY. (Twitter/@uki23)

Komentar Dedek Uki ini membalas pernyataan Ibas yang membandingkan kondisi perekonomian Indonesia sekarang dengan zaman ayahnya, SBY, menjabat.

"Alhamdulillah, kita pernah membuat itu. Ketika zaman mentor kita Pak SBY selama 10 tahun, ekonomi kita meroket, APBN kita meningkat, utang dan defisit kita terjaga," kata Ibas di hadapan anggota Fraksi Partai Demokrat DPR RI, Kompleks Parlemen pada Kamis (6/8/2020

Sementara itu, kondisi perekonomian Indonesia saat ini tengah mengalami kontraksi.

Baca Juga: Situasi Ekonomi Menurun, Fadli Zon: Pemerintah Lamban dan Salah Resep

Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terkontraksi 5,32 persen pada kuartal II 2020 karena kesalahan pemerintah yang kurang menggenjot belanja pemerintah.

Hal tersebut dikatakan ekonom senior Indef, Didik J. Rachbini dalam diskusi virtual, Kamis (6/8/2020).

"Terus terang Indef tidak menyangka pertumbuhan ekonomi sampai minus 5,32 persen dan ini diluar dugaan," kata Didik.

Didik pun dengan tegas menunjuk pemerintah sebagai biang keladi merosotnya Produk Domestik Bruto (PDB) sepanjang kuartal tersebut.

"Pemerintah yang diharapkan menjadi pilar penyelamat justru tidak ada, fungsinya tidak jalan," kata dia.

Dirinya menilai belanja pemerintah yang merupakan salah satu komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi, mengalami kontraksi sebesar 6,9 persen selama kuartal II 2020, terutama pada belanja pemerintah pusat. Tapi sayangnya kata dia komponen ini tidak berjalan dengan baik.

"Jadi penyelamat utama pemerintah harusnya berfungsi ternyata tidak berfungsi," katanya.

Jika kondisi ini terus dipraktekan oleh pemerintah, dirinya yakin bahwa Indonesia akan masuk ke dalam jurang resesi ekonomi.

"Kalau begini terus kuartal III dan IV saya yakin pertumbuhannya juga negatif," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI