"Jika reformasi tidak dilakukan, Lebanon akan terus tenggelam. Yang juga dibutuhkan di sini adalah perubahan politik. Ledakan ini seharusnya menjadi awal dari era baru," kata Macron.
Puluhan orang masih hilang setelah ledakan pada Selasa (4/8) di pelabuhan. Ledakan melukai 5.000 orang dan menyebabkan hingga 250.000 orang tidak memiliki rumah yang layak huni.
Insiden itu terjadi pada saat negara sudah terhuyung-huyung akibat kehancuran ekonomi dan lonjakan kasus virus corona.
Sumber keamanan mengatakan jumlah korban tewas telah mencapai 145, dan para pejabat mengatakan angka itu kemungkinan akan meningkat.
Macron mengatakan Prancis akan menyelenggarakan konferensi bantuan internasional untuk Lebanon.
Ia menjanjikan "tata kelola yang transparan" sehingga bantuan itu akan mengalir kepada rakyat, lembaga nonpemerintah, dan kelompok bantuan, bukan kepada elit penguasa yang telah dituduh melakukan korupsi dan salah kelola.
Macron mengatakan kepada wartawan bahwa audit diperlukan pada bank sentral Lebanon, yang merupakan salah satu perubahan mendesak yang perlu dilakukan.
Bank Dunia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa, katanya, akan memainkan peran dalam setiap reformasi Lebanon.
Pembicaraan Lebanon dengan Dana Moneter Internasional tentang paket penyelamatan terhenti karena kegagalan pemerintah untuk memberlakukan reformasi yang serius.
Baca Juga: Protes Meletus di Beirut, Polisi Bentrok dengan Pengunjuk Rasa
Selama kunjungannya, Macron bertemu dengan semua faksi politik Lebanon, termasuk kelompok Hizbullah dukungan Iran yang mendominasi politik Lebanon.