Menurut Jeffrey Lewis, ahli senjata nuklir dan konvensional di Middlebury Institute of International Studies di Monterey, daya ledaknya berkisar antara 200 hingga 500 ton.
Hal ini disimpulkan dengan melihat dampak kerusakan akibat ledakan, gelombang kejut, sinyal seismik, dan ukuran kawah.
Daya ledak sebesar itu dua kali lipat lebih besar dari senjata non-nuklir terkuat di gudang senjata AS, GBU-43/B Massive Ordnance Air Blast yang dijuluki sebagai Mother of All Bombs.
Beberapa pengamat khawatir kota itu akan mengalami semacam denotasi nuklir karena penampakan awan jamur terlihat menjulang tinggi di atas lokasi setelah ledakan.
Baca Juga: Kesaksian Dokter saat Merawat Korban Ledakan di Lebanon: Darah di Mana-mana
Seperti namanya, awan jamur merupakan awan berbentuk jamur dari uap air atau debris yang disebabkan oleh letusan yang sangat besar.
Awan jamur umumnya berhubungan dengan ledakan nuklir, tetapi ledakan besar apa pun akan membuat pengaruh yang sama.
Gubernur Beirut membandingkan ledakan tersebut dengan bom atom yang menghancurkan Kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang selama Perang Dunia II.
Sementara itu, menurut keterangan dokter yang merawat korban ledakan Beirut, kebanyakan pasien datang dari anak-anak yang menderita luka di sekujur tubuh.
Bagian tubuh yang paling banyak terluka adalah mata. Bahkan ada korban yang kehilangan penglihatan akibat pecahan kaca di matanya.
Baca Juga: Bantu Pencarian Korban Ledakan Lebanon, Uni Eropa Terjunkan Tim SAR