Suara.com - Filipina resmi mengalami resesi akibat pandemi virus corona. Otoritas statistik mencatatkan adanya penyusutan ekonomi sebesar 16,5 persen pada kuartal kedua tahun ini.
Menyadur Channel News Asia, kabar resesi ekonomi ini diumukan Otoritas Statistik Filipina pada Kamis (6/8), menyebut kondisi saat ini merupakan kemerosotan terbesar dalam data produk domestik bruto (PDB) sejak 1981.
Negara ini mencatatkan penyusutan PDB sebesar 16,5 persen sepanjang kuartal April hingga Juni. Sementara pada kuartal sebelumnya, kontraksi PDB sebesar 0,7 persen.
Kontraksi ekonomi terjadi akibat sistem penguncian ketat yang diterapkan guna menekan penyebaran virus corona di negara ini.
Baca Juga: Kebakaran di Rumah Sakit Swasta, 8 Pasien Virus Corona Tewas
Termasuk, ditutupnya sejumlah aktivitas bisnis dan diberlakukannya lockdown kembali di Manila dan provinsi terdekat yang menyumbang sebagian besar laju kegiatan ekonomi di negara ini.
"Ekonomi Filipina jatuh ke resesi dengan krisis PDB pada kuartal kedua menunjukkan dampak destruk penguncian terhadap ekonomi yang bergantung pada konsumsi," ujar Nicholas Antonio Mapa, ekonom senior ING.
"Dengan rekor pengangguran tertinggi yang diperkirakan akan naik dalam beberapa bulan mendatang, kami tidak mengharapkan perputaran cepat dalam perilaku konsumsi, terlebih lagi dengan kasus Covid-19 yang masih meningkat," sambungnya.
Indeks saham utama Filipina menunjukkan sedikit reaksi terhadap data tersebut.
Para analis menyebut bank sentral memiliki ruang lebih utnuk melonggarkan kebijakan lebih lanjut apabila diperlukan, mengingat inflasi diperkirakan akan tetap terkendali sepanjang tahun.
Baca Juga: Kehabisan Miras, Ratusan Orang Kecanduan Minum Hand Sanitizer
Sebelumnya, bank sentral telah memangkas suku bungan acuan dengan total 175 nasis poin ini ke rekor terendah sebesar 2,25 persen.