"Ketika saya bangun dan melihat kerusakan yang terjadi di Beirut, satu hal yang saya katakan adalah alhamdulillah kami masih hidup." ujar Seblani.
Setelah ledakan itu, dia dan suaminya mencoba menenangkan diri dan melanjutkan perayaan mereka.
"Suamiku menyuruhku untuk melanjutkan, kita tidak bisa berhenti. Saya baik-baik saja, kenapa tidak, kita lanjutkan. Saya berjalan, wajahku tersenyum, bibirku tersenyum, itu saja, tidak lebih. Lalu kami pergi makan malam." jelas Seblani.
Subeih mengingat saat memasuki hotel yang rusak pada hari Rabu untuk mengambil barang-barang dan paspor mereka.
"Kejadian di ruangan itu luar biasa," kata Subeih.
Subeih sedang menunggu visa Amerika Serikat sehingga dia bisa bergabung dengan istrinya di sana.
Seblani mencintai Lebanon, tetapi merasa bahwa setelah ledakan hari Selasa, tinggal di sana bukanlah pilihan. Dia masih berusaha menemukan kegembiraan dalam pernikahan yang telah lama dia persiapkan.
"Ada banyak kerusakan, banyak orang terbunuh dan terluka. Tetapi juga jika saya ingin melihat kami, diri saya sendiri, suami saya, fotografernya - bagaimana kami lolos tanpa cedera, saya bersyukur kepada Tuhan karena telah melindungi kami," ungkap Sablani.
"Ini saja membuat saya merasa optimis dan menjaga rasa kegembiraan saya." pungkasnya.
Baca Juga: Ledakan di Beirut, Lebanon: Mengapa Amonium Nitrat Bisa Sangat Berbahaya?