Mengenal Sejarah Keris, Salah Satu Budaya Indonesia

Dany GarjitoVita Suara.Com
Rabu, 05 Agustus 2020 | 17:44 WIB
Mengenal Sejarah Keris, Salah Satu Budaya Indonesia
ILUSTRASI, Keris. (Dok.Pribadi Sri Margana)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Belum lama ini jagat dunia maya Twitter sempat dihebohkan dengan aksi beberapa pria yang memotong keris. Hal tersebut sempat menjadi sebuah perbincangan yang cukup hangat. Tak sedikit orang yang menyayangkan aksi para pria tersebut.

Seperti yang diketahui bahwa keris adalah sebuah senjata tradisional Nusantara yang memiliki ukiran tersendiri. Melansir dari laman Indonesia.go.id, Merujuk dokumen proposal pengajuan keris ke UNESCO, setidaknya tercatat lima belas etnis atau daerah di Indonesia yang menjadi pengusung, yaitu Jawa, Madura, Bali, Sasak-Lombok, Sumbawa, Palembang, Jambi, Minangkabau, Banjar (Kalimantan Selatan), Kutai, Bugis, dan Toraja.

Bagaimana lekatnya keris dalam budaya masyarakat tercermin di beberapa kebudayaan seperti pada masyarakat etnis Jawa, misalnya. Posisi keris masih sering dikenakan dalam upacara-upacara atau ritual khusus. Sebutlah di Yogyakarta atau Solo, pada tiap malam 1 Suro kedua kraton masih mengadakan prosesi mengarak keris dan pusaka lainnya mengelilingi bangunan benteng kraton.

Lalu bagaimana sejarah keris?

Baca Juga: Dianggap Syirik Puluhan Keris Dirusak, Warganet Meradang

Asal usul adanya keris hingga saat ini masih cukup menjadi sebuah teka-teki. Keris sebagai sebuah benda tajam yang sudah diakui oleh UNESCO sebagai salah satu warisan budaya Indonesia.

Bentuk keris, sebagaimana yang kita kenal sekarang setidaknya telah mulai muncul di abad ke-10, dan kemungkinan besar menyebar dari Pulau Jawa ke seluruh Asia Tenggara.

Benar, bahwa secara prototipe keris sudah tercatat ditemukan di beberapa candi. Seperti di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Prambanan (abad ke-9). Pada kedua candi itu ditemukan relief yang merupakan senjata keris di zaman tersebut, secara umum bentuk desainnya boleh dikata berbeda dari desain keris saat ini. Pada relief kedua candi itu desain bentuk keris masih tampak berbentuk tegak dan tidak asimetris.

Nilai estetika keris menurut UNESCO

Nilai estetika sebilah keris ialah mencakup dhapur, pamor, dan tangguh.

Baca Juga: Puluhan Keris Dihancurkan karena Dianggap Syirik, Warganet Mengecam

- Dhapur yaitu istilah dari bahasa Jawa yang digunakan untuk menyebut model atau bentuk keris. Ada komposisi 'racikan' atau ornamental yang memberikan ciri-ciri sebagai pembeda keris satu dengan keris lainnya.

- Pamor sebuah pola dekorasi pada bilah yang muncul dari kombinasi logam yang berbeda sebagai konsekuensi dari teknik tempa-lipat. Pola pamor keris, sebenarnya jelas berbeda dengan apa yang disebut 'Damascus patterns' pada pedang Damaskus. Pamor memiliki banyak keragaman motif dekorasi yang memiliki makna tersendiri.

- Tangguh sebagai sebuah istilah yang jika ditambahkan awalan pe- dan akhiran -an menjadi 'penangguhan' yaitu sebuah istilah di mana makna proses interpretasi perihal asal usul dan estimasi usia sebuah keris.

Itulah sejarah keris sebagai salah satu warisan budaya Indonesia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI