Suara.com - Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Lebanon mencatat setidaknya ada 65 mahasiswa Indonesia yang berada di Lebanon dalam kondisi aman pasca ledakan dahsyat di Pelabuhan Beirut, Selasa (4/8/2020) kemarin.
Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Lebanon Hamzah Assuudy Lubis melaporkan 65 mahasiswa itu masih aman dan tersebar di enam kampus: Daawa, Global, Tripoli, Jinan, Darul Fatwa Akkar, dan Darul Fatwa Beka.
"Alhamdulillah aman semua, tidak ada yang luka, semua aman," kata Hamzah saat dihubungi Suara.com, Rabu (5/8/2020).
Meski begitu, dia menyebut terjadi sedikit kerusakan ringan di Sekretariat PPI Lebanon di sebuah apartemen daerah Barbir, Beirut yang berjarak kurang lebih 4 kilometer dari titik ledakan.
Baca Juga: Dampak Ledakan Beirut Lebanon, Istana Baabda Rusak Parah
"Kerusakannya biasa saja, seperti kaca pecah kena angin ledakan itu, ada beberapa perabotan pecah, kemudian ada beberapa dinding yang retak juga dan juga memang karena ada angin itu," ungkapnya.
Hamzah bercerita pada saat kejadian dirinya tengah berada di apartemen itu yang terletak di lantai 5, terasa seperti diguncang gempa bumi.
"Kami kan tinggal di apartemen 5 lantai, ya terasa goyang, itu yang mungkin menyebabkan dinding retak dan sebagainya. Alhamdulillah masih layak tinggal, yang parah itu yang radiusnya 1-3 kilometer," jelasnya.
Kejadian ini terjadi di saat para mahasiswa tengah menjalani libur musim panas sehingga tidak terlalu mengganggu kegiatan belajar mengajar di kampus, kelas musim panas pun tetap digelar online karena pandemi Covid-19.
Terkait kebutuhan logistik menghadapi masa darurat 14 hari yang ditetapkan pemerintah setempat, menurut Hamzah masih bisa terjamin sebab bantuan covid-19 dari KBRI Beirut juga sudah sampai ke mahasiswa sebelum ledakan.
Baca Juga: Lebanon Diguncang Ledakan Dahsyat, Uni Eropa ikut Nyatakan Dukungan
"Tapi karena ada ledakan ini kemungkin akan berdampak besar bagi ekonomi di sini, kebutuhan kami ke depan perspektifnya mungkin bisa dibantu dari segi makanan pokok seperti besar, mi, telur dan lainnya gitu," lanjutnya.
Kebutuhan listrik, air bersih, dan internet untuk belajar juga masih terjamin meski dengan kondisi terbatas.
"Listrik sebelumnya juga terkendala, hidupnya tidak full 24 jam, hidupnya 12 jam, 6 jam hidup, 6 jam mati, 6 jam hidup, 6 jam mati gitu. Untuk air Alhamdulillah lancar, untuk internet kadang macet kadang jalan," pungkas Hamzah.
Dalam catatan KBRI Beirut, terdapat 1.447 WNI, 1.234 diantaranya adalah Kontingen Garuda dan 213 merupakan WNI sipil termasuk keluarga KBRI dan mahasiswa.
KBRI Beirut juga telah mengeluarkan surat imbauan kepada seluruh WNI untuk tetap diam di tempat tinggal sampai kondisi aman menyusul penetapan kondisi darurat oleh pemerintah Lebanon.
WNI diminta berperan aktif melaporkan jika ada orang yang terancam keselamatan maupun terdampak oleh ledakan di lingkungannya kepada KBRI melalui nomor +961 5 924 676 (Telp) atau +961 70817 310 (Whatsapp).
Sementara, Kementerian Kesehatan Lebanon mencatat korban tewas akibat ledakan dahsyat di Beirut telah mencapai 78 dengan lebih dari 4.000 orang terluka.
Jumlah ini diperkirakan akan naik terus sepanjang hari, dan dengan korban luka-luka masih hilir-mudik ke rumah sakit. Pencarian orang hilang pun masih terus dilakukan.
Presiden Lebanon Michel Aoun mengatakan temuan sementara ledakan disebabkan oleh 2.750 ton amonium nitrat yang ditimbun selama enam tahun di gudang pelabuhan.