Suara.com - Lebanon baru saja diguncang musibah dengan sebuah ledakan besar di Ibu Kota Beirut pada Selasa (4/8/2020). Menurut Presiden Lebanon Michel Aoun, penyebab terjadinya ledakan dahsyat tersebut adalah tumpukan 2.750 ton amoniun nitrat.
Lantas apa sebenarnya amonium nitrat yang menyebabkan ledakan maha dahsyat tersebut?
Menyadur The Guardian, amonium nitrat adalah bahan kimia industri yang umum digunakan terutama untuk pupuk karena merupakan sumber nitrogen yang baik untuk tanaman.
Bahan kimia tersebut juga merupakan salah satu komponen utama dalam pembuatan bahan peledak.
Baca Juga: Status Darurat 14 Hari usai Ledakan, WNI di Beirut Dilarang Keluar Rumah
Menurut Gabriel da Silva, seorang dosen senior teknik kimia di University of Melbourne, amonium nitrat sebenarnya bukan bahan peledak, melainkan pengoksidasi, menarik oksigen ke api - dan karenanya membuatnya jauh lebih kuat.
Namun, kata da Silva, itu terbakar hanya dalam keadaan yang tepat, dan ini sulit terjadi. "Anda perlu keadaan ekstrem untuk memicu ledakan," katanya.
Walaupun amonium nitrat sebenarnya dapat memadamkan api, jika bahan kimia itu sendiri terkontaminasi, misalnya dengan minyak, ia menjadi sangat mudah meledak. "Saya pikir itulah yang terjadi di sana," kata da Silva.
Polutan yang tersisa dapat menyebabkan masalah di kemudian hari, misalnya jika mereka mengasamkan hujan.
"Jika Anda melihat asap yang berasal dari ledakan itu adalah warna merah darah. Itu karena polutan udara nitrogen oksida di dalamnya," katanya.
Baca Juga: Dua Aset Indonesia Turut Jadi Korban Ledakan Dahsyat di Beirut
Jika benar jumlah bahan kimia tersebut mencapai 2.750 ton, insiden ledakan amonium nitrat tersebut lebih besar daripada Bencana Kota Texas 1947, ketika konsinyasi 2.300 ton amonium nitrat meledak, menewaskan hampir 500 orang.
Ledakan serupa juga pernah terjadi di kota Tianjin China oleh pada tahun 2015 yang menewaskan lebih dari 170 orang dan menyebabkan ratusan lainnya terluka.
Pada 12 Agustus 2015 malam hari, serangkaian ledakan dahsyat mengguncang area gudang di mana sejumlah besar bahan kimia berbahaya, juga termasuk natrium sianida dan kalium nitrat, disimpan, beberapa diantaranya dikabarkan ilegal.
Pihak berwenang China kemudian mengklaim bahwa ledakan pertama dipicu oleh panasnya musim panas yang menyebabkan senyawa yang sangat mudah terbakar tersebut terbakar secara spontan.
Toko-toko di sekitarnya kemudian terbakar dan meledak di kota pelabuhan utama, yang terletak 110 km tenggara ibukota Beijing.
Petugas pemadam kebakaran yang bergegas ke lokasi dilaporkan berusaha memadamkan api dengan air, namun justru memperparah kondisi karena adanya bahan kimia berbahaya yang mudah terbakar.
Mayoritas dari mereka yang tewas adalah petugas pemadam kebakaran, termasuk setidaknya satu remaja.