Suara.com - Negara-negara di kawasan Timur Tengah menawarkan bantuan kepada Lebanon menyusul ledakan di Ibu Kota Beirut yang menewaskan puluhan orang.
Api di sebuah gudang yang berisi bahan peledak di Pelabuhan Beirut menyebabkan ledakan yang meratakan bangunan tiga lantai dan terdengar di seluruh kota dan pinggiran kota pada Selasa (4/8).
Dilansir dari Kantor Berita Anadolu, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani berbicara melalui telepon dengan Presiden Lebanon Michel Aoun dan menyampaikan belasungkawa.
Al Thani juga menginstruksikan otoritas Qatar untuk mengirim rumah sakit lapangan ke Lebanon.
Baca Juga: Palang Merah Lebanon: Korban Ledakan Beirut Terperangkap dan Butuh Darah
Dalam sebuah pernyataan, Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kazimi juga menyampaikan belasungkawa dan berharap pemulihan cepat bagi para korban.
Pemimpin Pemerintah Daerah Kurdi Irak (KRG), Nechirvan Barzani, mengatakan di Twitter bahwa mereka mendukung rakyat Lebanon.
Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi juga menyampaikan belasungkawa kepada rakyat dan pemerintah Lebanon.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif melalui akun Twitternya menyatakan "Iran sepenuhnya siap untuk memberikan bantuan dengan cara apa pun yang diperlukan".
Ayman Safadi, menteri luar negeri Yordania, mengatakan negaranya siap untuk mengirim bantuan yang dibutuhkan ke Lebanon atas ledakan itu.
Baca Juga: Ledakan di Beirut Lebanon Dikira Bom, Dita Soedarjo Ditegur Netizen
Dalam sebuah pernyataan, Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz dan Menteri Luar Negeri Gabi Ashkenazi menawarkan bantuan dan mengatakan mereka siap mengirim bantuan medis dan kemanusiaan melalui mediator internasional.
Setidaknya 63 orang tewas dan lebih dari 2.750 orang cedera dalam ledakan itu, kata Menteri Kesehatan Lebanon Hamad Hassan, Selasa malam.
Di akun Twitternya, ketua Dewan Tinggi Negara Libya, Khalid al-Mishri, menyampaikan belasungkawa yang terdalam dan berharap pemulihan cepat bagi semua yang terluka.
Mohammed Al-Qablawi, juru bicara Kementerian Luar Negeri Libya, mengatakan orang-orang Libya memiliki solidaritas penuh dengan rakyat Lebanon.
Ledakan itu terjadi pada waktu yang sensitif, beberapa hari sebelum Pengadilan Khusus PBB untuk Lebanon dijadwalkan mengumumkan vonisnya dalam kasus pembunuhan mantan Perdana Menteri Lebanon Rafik Hariri.
Kemudian pada hari itu, sumber-sumber yang dekat dengan Hizbullah membantah tuduhan bahwa ledakan itu adalah serangan oleh Israel terhadap gudang senjata mereka.
Para pejabat Israel, yang berbicara kepada media lokal dengan syarat anonim, membantah keterlibatan Israel dalam insiden itu, dengan mengatakan ledakan itu bisa menjadi kecelakaan.
Ekonomi Lebanon saat ini menghadapi krisis terburuk dalam beberapa dekade.