Ledakan di Beirut Disebut Mirip Bom Nuklir, Ahli Tunjukkan Fakta Lain

Rabu, 05 Agustus 2020 | 07:59 WIB
Ledakan di Beirut Disebut Mirip Bom Nuklir, Ahli Tunjukkan Fakta Lain
Ledakan dahsyat terjadi di Beirut, Lebanon, Selasa (4/8/2020). (Anadolu Agency/Houssam Shbaro)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ledakan besar yang terjadi di Kota Beirut, Lebanon pada Selasa (4/8/2020) memunculkan teori tentang adanya bom nuklir. Namun, beberapa pihak membantahnya dengan menganalisis ciri ledakan yang terekam kamera tersebut.

Sebuah video yang menayangkan detik-detik terjadinya ledakan besar di Beirut menjadi kunci bahwa peristiwa itu bukan terjadi karena bom nuklir.

Dalam video yang diunggah oleh Borzou Daraghi, seorang jurnalis, menunjukkan bahwa ledakan itu bermula dari sebuah kepulan asap yang membumbung tinggi di kawasan pelabuhan Beirut tersebut.

Asap itu mengepul di balik gumpalan api yang masih menyala. Beberapa detik kemudian rentetan ledakan timbul di sekitarnya membentuk sebuah awan jamur yang diiringi oleh dentuman dan desisan.

Baca Juga: Korban Luka Akibat Ledakan Besar di Beirut Lebanon Tembus 3.700 Orang

Sejumlah teori konspirasi pun mencuat bahwa ledakan itu berasal dari bom nuklir mini. Namun, ciri-ciri ledakan itu menunjukkan bantahan soal adanya nuklir.

Video ledakan di Beirut. (Twitter/@borzou)
Video ledakan di Beirut. (Twitter/@borzou)

Menyadur dari The Guardians, para ahli yang mempelajari senjata nuklir dengan cepat membantah bahwa Beirut telah ditaklukkan oleh bom nukir.

Selain itu akun Twitter @BadAstronomer turut menjelaskan bahwa peristiwa ledakan di Beirut itu bukan merupakan bom nuklir.

"Aku lihat orang-orang mulai berspekulasi bahwa itu adalah nuklir. Sebuah ledakan tidak selamanya berasal dari nuklir untuk menciptakan awan jamur. Udara di sekitar ledakan naik secara tiba-tiba. Udara panas itu menyebar di dalam kondisi yang ringan sehingga bisa naik," tulisnya.

"Sementara udara dingin di sekitarnya akan ditarik ke bawah, sehingga menciptakan topi jamur. Dan bentukan ledakan ini bisa terjadi tanpa nuklir," jelasnya lagi.

Baca Juga: Dugaan Awal Penyebab Ledakan Besar di Beirut Lebanon

Mengutip dari Business Insider, seorang kandidat PhD di Universitas New Mexico, Martin Pfeiffer yang meneliti sejarah manusia tentang nuklir juga menganggap bahwa ledakan di Beirut bukan diakibatkan oleh nuklir.

"Itu api yang memicu bahan peledak atau bahan kimia" kata Pfeiffer.

Pfeiffer menjelaskan bahwa kilatan putih menyilaukan dan gelombang panas yang menjadi ciri khas ledakan nuklir tidak tampak dalam peristiwa yang terjadi di Beirut.

Sementara itu, Perdana Menteri Lebanon mengatakan bahwa ledakan di Beirut berasal dari tumpukan amonium nitrat di sebuah gudang.

Menyadur dari BBC, amonium nitrat memiliki kegunaan sebagai pupuk pertanian dan sebagai bahan peledak.

Bahan ini sangan eksplosif ketika bersentuhan dengan api. Saat meledak, amonium nitrat dapat melepaskan gas beracun termasuk nitrogen oksida dan gas amonium.

Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan bahwa setidaknya 70 orang telah tewas dan 3.700 lainnya menderita luka-luka, dalam ledakan dan kebakaran yang mengguncang Beirut pada Selasa (4/8/2020) waktu setempat.

Jumlah ini pun diperkirakan akan naik terus sepanjang hari, dan dengan korban luka-luka masih hilir-mudik ke rumah sakit. Pencarian orang hilang pun masih terus dilakukan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI