Suara.com - Bambang Arianto, dosen yang menjadi pelaku pelecahan seksual bermodus penelitian soal swinger (perilaku seks bertukar pasangan) sedang ramai menjadi perbincangan di media sosial. Sosoknya pun lantas dikait-kaitkan oleh netizen sebagai buzzer Presiden Joko Widodo.
Menanggapi kejadian tersebut, Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad meminta publik tidak langsung menuding Bambang sebagai buzzer Istana yang ada kaitannya dengan Jokowi. Apalagi, lanjut Dasco, tuduhan itu tidak berdasar dan tidak disertai bukti.
"Ya saya pikir apa yang disampaikan itu, kita semua harus punya bukti-bukti yang cukup, kita tidak boleh sembarang menuduh ini buzzer ini, ini buzzer ini. Saya pikir semua dalam kerangka demokrasi harus juga mempunyai pembuktian dan fakta-fakta yang ada," kata Dasco di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (4/8/2020).
"Jadi tidak boleh kemudian kita sembarang menuduh bahwa satu orang sekelompok orang tanpa bukti yang nyata dan fakta yang ada."
Baca Juga: Mengerikan, 300 Perempuan Jadi Korban Pelecehan Seksual Dosen Swinger
Nama Bambang Arianto yang merupakan alumnus UGM mendadak viral usai riwayatnya yang melakukan pelecehan seksual secara tak langsung dengan cara curhat swinger terbongkar di media sosial.
Pria yang sempat mengajar di salah satu kampus Islam tersebut diketahui melakukan tindakan tak seronoh kepada puluhan perempuan yang kini telah menjadi alumnus UGM.
Serupa dengan kejadian Gilang dengan riset bungkus jariknya, Bambang diketahui juga memperdaya para korbannya dengan modus mencari bahan riset untuk bukunya.
Berdasarkan pengakuan salah seorang korban berinisial LA, ia sempat dihubungi pelaku lewat Facebook. Dari perkenalan tersebut, pelaku kemudian intens menghubungi korban.
Kepada korban ia mengaku tengah melakukan riset untuk bahan materi bukunya mengenai perilaku swinger atau tindakan hubungan seksual dengan bertukar pasangan.
Baca Juga: Dikenal Berprestasi, Bambang Arianto Dosen Swinger Kejutkan Rektor UNU
Tetapi cerita pelaku belakangan terasa janggal hingga korban kemudian secara tegas mengungkapkan bahwa apa yang disampaikan tersebut tak sepantasnya diucapkan.