Suara.com - Media asing mengkritik penanganan virus corona covid-19 di Indonesia. Salah satunya New York Times menyoroti influencer yang mendorong penyembuhan ala dukun.
Menyoroti kinerja pemerintah RI dalam penanganan virus corona covid-19
Artikel di New York Times dengan judul 'In Indonesia, False Virus Cures Pushed by Those Who Should Know Better' oleh Richard C. Paddock mengkritisi Menteri Pertanian Republik Indonesia.
Dalam pemberitaan media asing tersebut, penulis menyoroti Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat mempromosikan kalung dari ramuan minyak kayu putih untuk menyembuhkan virus corona.
Baca Juga: Selain YouTube, Foto Anji dan Hadi Pranoto Juga Raib di Instagram
Gubernur Bali tak luput dari sorotan. Media asing tersebut heran sang gubernur mempromosikan obat covid-19, yakni menghirup uap dari arak yang direbus.
New York Times juga menyayangkan sejumlah influencer yang justru menyebarkan informasi salah melalui media sosial.
"Sejumlah influencer dan orang-orang yang menyebut dirinya pakar juga menyebarkan informasi yang tidak tepat di media sosial," demikian kritik media asing New York Times.
BACA JUGA: Diragukan Ilmuwan, Kalung Anti Corona Kementan Justru Dipuji 6 Artis Ini
"Termasuk menyebarkan informasi terkait thermo gun yang bisa merusak otak," lanjut kritik media asing tersebut terhadap dukun atau ahli gadungan di Indonesia.
Baca Juga: Mafindo: Video Anji dan Hadi Pranoto Sesat, Bisa Membahayakan Publik!
New York Times menilai Indonesia terpuruk akibat pandemi covid-19 sementara di sisi lain pemerintah juga seperti mengalami kesulitan untuk menyampaikan pesan berbasis ilmu pengetahuan yang konsisten tentang virus corona.
Dengan banyaknya informasi salah yang beredar di masyarakat, membuat publik semakin abai dengan aturan atau protokol kesehatan.
Presiden Jokowi dinilai plin-plan
New York Times menilai Jokowi plin plan dengan kebijakannya menangani virus corona.
"Presiden Joko Widodo awalnya meremehkan virus corona, dan menyampaikan pesan yang beragam," bunyi berita di New York Times.
"Pada Maret lalu, Joko Widodo mengakui bahwa dia menyesatkan publik tentang virus untuk mencegah kepanikan," lanjut tulisan tersebut.
Media asing ini kemudian memberikan contohnya.
"Joko Widodo perlahan menutup sekolah dan perkantoran untuk pembatasan sosial, tapi kemudian memberikan pelonggaran, padahal kurva kasus belum mengalami penurunan," demikian disebutkan New York Times.
Lalu pada Mei, Joko Widodo mengatakan bahwa masyarakat harus berdamai hidup dengan virus. Namun sebulan kemudian, Jokowi memarahi para menteri dan mengancam akan membubarkan lembaga yang tidak serius menangani pandemi.