Data Bocor, Upaya Iran Tutupi Angka Kematian Kasus Corona Terungkap

BBC Suara.Com
Senin, 03 Agustus 2020 | 10:22 WIB
Data Bocor, Upaya Iran Tutupi Angka Kematian Kasus Corona Terungkap
Menurut temuan investigasi BBC Persia, jumlah kematian akibat virus corona di Iran hampir tiga kali lipat dari yang diklaim pemerintah.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Peningkatan awal kematian jauh lebih tinggi dari angka Kementerian Kesehatan dan pada pertengahan Maret, atau lima kali lipat dari angka resmi.

Karantina wilayah atau lockdown diberlakukan selama liburan Nowruz (Tahun Baru Iran) pada akhir pekan ketiga bulan Maret, dan ada penurunan kasus dan kematian yang sesuai.

Akan tetapi, setelah pembatasan pemerintah dilonggarkan, kasus dan kematian mulai meningkat lagi sejak akhir Mei.

Yang paling penting, kematian pertama yang tercatat dalam data yang bocor terjadi pada 22 Januari, sebulan sebelum kasus pertama Covid-19 dilaporkan secara resmi di Iran.

Baca Juga: Update Covid-19 Global: Naik Peringkat, Indonesia Terbanyak Ke-23 di Dunia

Pada saat itu para pejabat Departemen Kesehatan bersikeras mengakui hanya satu kasus virus corona di negara itu, meskipun ada laporan oleh wartawan di Iran, dan peringatan dari berbagai profesional medis.

Dalam 28 hari hingga pengakuan kasus resmi pertama pada 19 Februari, 52 orang sudah meninggal.

Pelapor

Dokter yang berkaitan langsung tentang masalah ini mengatakan kepada BBC bahwa Kementerian Kesehatan Iran telah berada di bawah tekanan dari badan keamanan dan intelijen di Iran.

Dr Pouladi (bukan nama asli) mengatakan kepada BBC bahwa kementerian itu "menyangkal".

"Awalnya mereka tidak memiliki alat uji dan ketika mereka mendapatkannya, alat itu tidak digunakan secara luas. Posisi badan keamanan tidak mengakui keberadaan virus corona di Iran," kata Dr Pouladi.

Baca Juga: Kemenkes Minta Anji Tanggung Jawab Terkait Klaim Obat Covid-19 Hadi Pranoto

Akan tetapi, kegigihan dua dokter kakak beradik dari Qom, memaksa Kementerian Kesehatan mengakui kasus resmi pertama.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI