Studi: Orang yang Memiliki Postur Tinggi Lebih RentanTertular Covid-19

Jum'at, 31 Juli 2020 | 09:16 WIB
Studi: Orang yang Memiliki Postur Tinggi Lebih RentanTertular Covid-19
Ilustrasi Tinggi Badan Laki-Laki. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hasil survei terbaru dari sebuah Universitas di Inggris mengemukakan bahwa orang yang tingginya lebih dari enam kaki (1,8 meter), dua kali lebih rentan didiagnosis Covid-19.

Menyadur The Telegraph, sebuah tim peneliti internasional, termasuk para ahli dari University of Manchester dan Open University, mensurvei 2.000 orang di Inggris dan Amerika Serikat untuk melihat apakah atribut pribadi, pekerjaan dan praktik hidup dapat memengaruhi penularan Covid-19.

Tim tersebut menemukan orang yang memiliki tinggi badan lebih dari 1,8 meter berisiko lebih tinggi, yang menurut para ilmuwan menunjukkan virus corona ditularkan melalui udara.

Aerosol dapat berkumpul di area yang memiliki saluran udara yang buruk dan terbawa oleh aliran.

Baca Juga: Tak Terpengaruh Pandemi, Samsung Laporkan Kenaikan Pendapatan

Droplets atau tetesan memiliki ukuran lebih besar dari aerosol dan diperkirakan menempuh jarak yang relatif pendek dan jatuh dengan cepat dari udara.

Ilustrasi seorang perempuan berkacamata mengenakan masker. [Shutterstock]
Ilustrasi seorang perempuan berkacamata mengenakan masker. [Shutterstock]

"Hasil survei ini dalam hal hubungan antara tinggi badan dan diagnosis menunjukkan bahwa penularan tetesan ke bawah bukan satu-satunya mekanisme transmisi dan transmisi aerosol dimungkinkan," jelas Profesor Evan Kontopantelis, dari University of Manchester.

"Ini telah disarankan oleh penelitian lain, tetapi metode konfirmasi kami adalah novel.

"Meskipun jaga jarak sosial masih penting, karena penularan oleh tetesan masih mungkin terjadi, itu menunjukkan bahwa pemakaian masker mungkin sama - jika tidak lebih - efektif untuk pencegahan. Tetapi juga, pemurnian udara di ruangan harus dieksplorasi lebih lanjut." ujar Prf Evan.

Survei ini juga menemukan bahwa menggunakan dapur atau akomodasi bersama juga merupakan faktor yang signifikan, baik di AS dan Inggris, tetapi terutama di AS di mana kemungkinan terkena virus 3,5 kali lebih tinggi. Di Inggris mereka 1,7 kali lebih tinggi.

Baca Juga: Indosat Catatkan Pertumbuhan Pelanggan 57,2 Juta pada Juni 2020

Orang-orang dengan gelar ilmu pengetahuan alam di Inggris juga sedikit lebih mungkin untuk terkena penyakit ini.

Meskipun makalah ini belum ditinjau, penulis mengatakan itu mungkin membantu orang mengambil tindakan pencegahan yang lebih besar.

"Banyak penelitian ilmiah berfokus pada pola penyebaran dan mekanisme transmisi yang mendasarinya. Tetapi ketika ekonomi dan masyarakat dibuka kembali, penting untuk mengetahui lebih banyak tentang peran faktor pribadi seperti prediktor penularan," buka Profesor Paul Anand, seorang direktur penelitian di Open University.

"Meskipun keduanya adalah ekonomi pasar, AS dan Inggris berbeda dalam hal tingkat dan cara mereka menyediakan akses layanan kesehatan dan dukungan kesejahteraan - dan itu, sampai batas tertentu, ditunjukkan oleh asosiasi yang ditunjukkan oleh data."

Rolando Gonzales Martinez, seorang peneliti dari University of Agder, Norwegia, mengatakan: "Baik faktor struktural dan individu harus diperhitungkan ketika memprediksi transmisi atau merancang tindakan dan pesan kesehatan masyarakat yang efektif untuk mencegah penularan.

"Tetapi akan sangat membantu untuk memiliki pengamatan berulang sehingga lebih banyak yang bisa dikatakan tentang perubahan dari waktu ke waktu." pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI