Pentingnya memahami pelaku perdagangan manusia
Suster Laurentina mengatakan untuk memerangi perdagangan manusia tidak bisa dilakukan satu pihak saja, melainkan melibatkan masyarakat dan pemerintah di tingkat desa sampai pusat.
Namun, salah satu pihak yang harus dipahami lebih mendalam adalah pelaku perdagangan manusia, menurut Yuniar Paramita Sari, mahasiswa PhD di RMIT, Melbourne.
Yuniar sedang melakukan penelitian terhadap pelaku perdagangan manusia di kalangan pembantu rumah tangga dan di industri seks, dengan kebanyakan pelakunya adalah perempuan.
Baca Juga: Mucikari R Jadi Tersangka, Polisi Sebut Artis Hana Hanifah Hanya Korban
"Dalam hal pencegahan saya rasa kita harus memahami para pelaku. Selama ini fokus Indonesia dan internasional selalu mengarah pada korban," kata Yuniar yang menempuh studi di School of Global, Urban and Social Studies, RMIT.
"Itu tidak salah, karena korban yang paling menderita di sini," katanya.
Menurut Yuniar yang sudah melakukan penelitian di Jawa Barat, banyak diantara pelaku perdagangan manusia pernah menjadi korban dan sebagian lain adalah anggota keluarga sendiri.
"Di Indonesia susah untuk mengatakan bahwa mereka adalah bagian dari kejahatan transnational, karena kebanyakan dari mereka yang melakukan adalah orang terdekat," kata Yuniar.
Dari temuannya terungkap jika motivasi pelaku dari kalangan orang terdekat tidak sepenuhnya uang atau ekonomi.
Baca Juga: Polisi Ungkap Hasil Investigasi Terbaru 39 Mayat dalam Truk di Inggris
"Beberapa motivasi dan perspektif dari pelaku adalah [untuk] membantu korban, menjadi pahlawan dalam komunitas karena kebanggaan, misalnya orang tua menjual anak di Jawa Barat, bahkan karena desakan korban."