Filipina adalah produsen terbesar di dunia, memasok 85 persen serat abaca pada tahun 2017, menurut data terbaru dari Organisasi Pangan dan Pertanian PBB. Ptaik Gunarni mengatakan bahwa produksi global diproyeksikan bernilai 100 juta dolar tahun ini.
Serat diambil dari batang pohon pisang abaka, digunakan untuk tali kapal tahan air asin dan amplop Manila pada abad ke-19. Hingga digunakan sebagai bahan pembuatan uang kertas di jepang dan juga dipakai untuk jahitan kabin mobil Mercedes-Benz.
Meskipun serat tanaman lebih mahal untuk diproduksi daripada plastik, produsen alat kesehatan pelindung dari Cina, India dan Vietnam telah memesanannya, menurut salah satu eksportir abaca, Firat Kabasakalli.
"Orang-orang melihat pandemi ini berlangsung selama beberapa waktu, bahkan perusahaan kecil pun mencoba membuat alat pelindung, yang membutuhkan serat kami," kata Kabasakalli, manajer umum Dragon Vision Trading.
Baca Juga: Peneliti Bandingkan Efektivitas Tiga Jenis Masker, Mana yang Terbaik?
"Kami mendapat banyak pertanyaan dari klien baru di luar negeri." ungkapnya.
Peluang yang Terlewatkan
Satu perusahaan di Filipina selatan yang membuat kartu ucapan dan kertas dari serat untuk diekspor ke AS dan Eropa telah beralih ke pembuatan masker.
"Kesadaran konsumen sekarang lebih tinggi dalam hal menjaga lingkungan," kata Neil Francis Rafisura, manajer umum Salay Handmade Products Industries Inc. "Ada orang yang akan membayar mahal untuk produk ramah lingkungan."
Menurut Costales, produksi abaca tidak dapat memenuhi permintaan karena petani kurang mendapat dukungan dari pemerintah Filipina untuk meningkatkan produksi.
Baca Juga: Kesal Gegara Didenda, Teknisi Matikan Arus Listrik di Kantor Polisi
"Abaca seperti emas berharga untuk Filipina, tetapi sering diabaikan karena pemerintah memprioritaskan tanaman yang memberi makan orang," kata Costales. "Ini adalah kesempatan yang terlewatkan bagi kita." pungkasnya.