"Kenapa di Jakarta itu jumlahnya tinggi? Saya ingin sampaikan kepada semuanya di sini. Karena Jakarta mengambil strategi mencari orang-orang yang terpapar lalu diisolasi, lalu diputus mata rantainya," ujar Anies dalam diskusi webinar, Rabu (29/7/2020).
Kapasitas tes di Jakarta, kata Anies, sudah cukup tinggi bahkan melampaui standar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Untuk pekan ini saja, Anies mengatakan sudah ada 43 ribu orang yang dites.
"Jadi minimalnya 10 ribu, tapi kami mengerjakannya 40 ribu dan yang ditemukan positif ada 6,3 persen," kata Anies.
Muncul Puluhan Klaster Perkantoran
Baca Juga: Anies Terapkan PSBB Transisi, Klaster Perkantoran Melesat jadi 90 Kasus
Peningkatan kasus harian juga sejalan dengan disorotnya klaster baru di perkantoran. Tim Pakar Satgas Penanganan Covid-19, Dewi Nur Aisyah menerangkan, sampai tanggal 28 Juli 2020, ditemukan sebanyak 90 klaster di sektor perkantoran.
"Pertama, masalah klaster perkantoran. Angkanya kalau di DKI Jakarta sampai tanggal 28 juli, ditemukan 90 klaster dengan total kasus 459," kata Dewi dalam keterangan yang disiarkan akun Youtube BNPB, Rabu (29/7/2020).
Jika merujuk pada jumlah kasus tersebut, lanjut Dewi, angkanya melonjak 10 kali lipat. Sebelum masa PSBB Transisi, kasus positif Covid-19 cuma berjumlah 43 kasus --artinya ada tambahan sebanyak 416 kasus.
"Kalau kita lihat, angkanya bertambah 10 kali lipat. Sebelum masa PSBB, memang hanya 43. Tapi ternyata pas PSBB Transisi ini meningkat menjadi 459. Jadi kurang lebih bertambah 416," jelasnya.
Jumlah klaster perkantoran yang diungkap ini bisa jadi lebih banyak dari kenyataannya. Sebab, Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Energi (Disnakertransgi) DKI Andri Yansah mengakui temuan corona di kantor menjadi ketakutan bagi para pengelola.
Baca Juga: Daftar 68 Klaster Virus Corona di Perkantoran Jakarta, Banyak di PT Antam
Mereka disebutnya takut melapor karena nantinya akan ada dampak bagi operasional kantornya.