Suara.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa pandemi Covid-19 ini tidak bersifat musiman, namun hanya terjadi satu kali gelombang besar.
Menyadur Anadolu Agency, juru bicara WHO Margaret Harris mengatakan dalam konferensi pers PBB yang diadakan di Jenewa bahwa virus Covid-19 menyukai semua cuaca tidak seperti influenza, meskipun banyak orang berpikir itu musiman.
"Dan meskipun virus pernapasan, di masa lalu, memang cenderung melakukan ini, Anda tahu, gelombang musiman yang berbeda. Yang ini berbeda. Yang ini yang harus kita waspadai, dan ia belajar tentang kita seperti kita belajar tentang mereka," ujar Margaret dikutip dari Anadolu Agency.
"Itu virus yang suka semua cuaca. Tapi yang paling disukai adalah melompat dari satu orang ke orang lain ketika kita melakukan kontak dekat, jadi jangan berikan kesempatan itu." jelas Margaret.
Baca Juga: Ada Kasus Corona di Disdik DKI, Orang Tua Murid Tetap Boleh Datang
Ditanya tentang gelombang kedua, Margaret berkata: "Kami berada di gelombang pertama. Itu akan menjadi satu gelombang besar, itu akan naik dan turun sedikit."
"Sekarang yang terbaik adalah meratakannya dan mengubahnya menjadi sesuatu yang menyentuh di kakimu." jelas Margaret.
Margaret mengatakan bahwa pandemi Covid-19 ini hanya terjadi satu kali gelombang besar. "Tetapi pada saat ini, gelombang pertama, kedua, ketiga, hal-hal ini tidak masuk akal." ujar Margaret.
"Jumlah yang paling kuat dan tertinggi sedang dialami Amerika Serikat. Mereka berada di tengah musim panas. Juga Brasil, mereka adalah negara khatulistiwa." ujar Margaret.
Menurut Pusat Sumber Daya Coronavirus Universitas Johns Hopkins, dari hampir 16,5 juta kasus di seluruh dunia, Amerika Serikat mencatatkan lebih dari 4,29 juta kasus yang dikonfirmasi pada 28 Juli, dengan kasus kematian mencapai 148.056.
Baca Juga: 400 Relawan Sudah Terdaftar Ikut Uji Vaksin Covid-19 di Kota Bandung
"Kami juga melihat wabah besar di negara-negara ekuatorial yang sangat hangat seperti Filipina. Jadi, setiap musim tampaknya tidak memengaruhi penularan virus saat ini," kata juru bicara WHO.