Demi menghindari krumunan, setiap peziarah akan bergabung dengan kelompok berisi sekitar 20 orang.
Seorang pemimpin kelompok akan membimbing mereka dalam seluruh proses haji ke setiap tujuan pada waktu tertentu.
Hal itu dilakukan demi menghindari kerumunan di tempat-tempat seperti Masjidil Haram, di mana umat Islam mengelilingi Ka'bah.
Sementara di Gunung Arafat, di mana Nabi Muhammad menyampaikan khotbah terakhirnya hampir 1.400 tahun yang lalu, para peziarah wajib mengenakan kartu ID teknologi tinggi yang terhubung ke aplikasi pada ponsel mereka.
Baca Juga: Di Tengah Pandemi Covid-19, Dirut BPJS Kesehatan Terpilih Jadi CEO Terbaik
Kartu dan aplikasi memungkinkan pemerintah untuk dengan mudah memantau para peziarah, dan memberi mereka cara untuk menjangkau pemimpin kelompok mereka dan membuat permintaan makanan khusus.
Kartu canggih itu juga menyimpan informasi pribadi peziarah, status kesehatan, tempat tinggal, dan perincian terkait haji lainnya.
Di masa depan, al-Maddah mengatakan kartu-kartu itu akan dilengkapi dengan pelacak lokasi untuk mengikuti gerakan individu jamaah haji.
Pelacak akan dikelola di ruang kontrol. Kartu itu nantinya juga bisa dugnakan sebagai alat pembayaran pengganti uang tunai.
Upaya lain untuk menghindari virus Corona juga dilakukan pemerintah Arab Saudi dengan memberikan para peziarah pakaian khusus yang terbuat dari teknologi nano perak untuk membunuh bakteri.
Baca Juga: Penjual Buku Laris Manis di Tengah Pandemi
Al-Maddah mengatakan hal itu dilakukan sebagai antisipasi, tak peduli baju khusus itu pada akhirnya memiliki pengaruh besar atau tidak.