Bedah 4 Tusukan di Dada dan Leher Editor Metro TV, Begini Kata Krimonolog

Rabu, 29 Juli 2020 | 12:51 WIB
Bedah 4 Tusukan di Dada dan Leher Editor Metro TV, Begini Kata Krimonolog
Sebilah pisau yang ditemukan di lokasi tewasnya editor Metro TV, Yodi Prabowo di pinggir tol JORR Pesanggarahan, Jakarta Selatan, Jumat (10/7/2020). (istimewa).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya telah menyampaikan hasil penyelidikan sementara kasus kematian editor Metro TV Yodi Prabowo yang disimpulkan tewas akibat bunuh diri.

Pemuda itu tewas akibat empat luka senjata tajam pisau yang ditusukkan oleh korban pada bagian dada dan leher.

Kriminologi dari Universitas Indonesia Ferdinand Andi Lolo mengungkap kemungkinan di balik empat luka tusukan pada dada dan leher Yodi.

Menurutnya, Yodi kemungkinan awalnya melakukan upaya bunuh diri dengan cara menusukkan pisau pada bagian dadanya guna menyasar jantung.

Baca Juga: Krimonolog UI Sebut Editor Metro TV Yodi Korban Pembunuhan Kamuflase

"Mungkin ya (karena kan tidak ada yang melihat langsung. Mungkin saja sasaran pertamanya itu adalah daerah bagian dadanya. Karena kita kan secara awam selalu berpikir kalau dada kan terkait dengan jantung, dan kalau jantung itu bisa menyebabkan kematian," kata Ferdinand saat dihubungi Suara.com, Rabu (29/7/2020).

Ferdinand juga menganggap, luka sayatan pisau pada bagian leher Yodi bisa saja merupakan tindakan selanjutnya yang dilakukan korban usai gagal melakukan upaya bunuh diri dengan menusukkan pisau ke bagian dada. Sebab, kata dia, bagian leher merupakan daerah yang relatif muda dijangkau oleh korban.

"Jadi korban kemudian memindahkan sasarannya ke sasaran yang relatif juga mudah, yaitu ke leher. Karena kan dia memegang pisau, alat tajam kena ke leher kan bisa mengakibatkan luka parah atau kematian," ujar Ferdinand.

Terkait tindakan ekstrim yang dilakukan korban itu, menurut Ferdinand merupakan hal yang wajar. Pasalnya, sebagian besar atau umumnya orang yang melakukan upaya bunuh diri memiliki tekad yang besar untuk menghabisi nyawanya sendiri.

"Biasanya kalau orang bunuh diri itu dia punya tekad yang besar. Kalau dia ragu-ragu kemungkinan dia tidak bunuh diri," kata Ferdinand.

Baca Juga: Keluarga Tak Percaya Editor Metro TV Bunuh Diri, Polisi: Untuk Apa Bohong

Kendati begitu, Ferdinand tidak dapat menyimpulkan keterkaitan zat narkotika amphetamine yang dikonsumsi Yodi dengan tindakan ekstrem tersebut.

Meski, menurut dia beberapa obat-obatan dengan kandungan amphetamine bisa menimbulkan efek ketenangan atau keberanian. Kebiasaan mengonsumsi zat-zat tersebut biasa dilakukan oleh pelaku kejahatan sebelum melakukan aksinya.

"Jadi obat ada efeknya untuk membuat seseorang menjadi lebih berani dari yang seharusnya jika dia di dalam keadaan normal. Tapi apakah kemudian obat itu memicu korban untuk melakukan bunuh diri, saya tidak bisa jawab itu. Karena bukan bidang saya menjawab itu," pungkas Ferdinand.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI