Nasib Pemulung dan Pengepul Besi di Batam Kembang Kempis Dihantam Corona

Bangun Santoso Suara.Com
Selasa, 28 Juli 2020 | 08:45 WIB
Nasib Pemulung dan Pengepul Besi di Batam Kembang Kempis Dihantam Corona
Satu-satunya karyawan di lapak milik Saparuddin saat merapikan besi-besi di bagian depan sebelum lapak ini ditutup.(suara.com/Bobi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Demo Pemulung Besi di Kantor Sucofindo Batam pada Senin (27/7/2020), menghadirkan mengungkap sejumlah fakta. Tidak hanya soal tersendatnya arus keluar scrap dari Kota Batam yang berujung pada tak terbelinya besi tua dari pemulung, namun juga kenyataan makin menurunnya pendapatan para pemulung dan pengepul karena berbagai faktor, termasuk pandemi corona Covid-19.

Aksi damai para pemulung ini memang menghasilkan penyelesaian masalah pengiriman keluar scrap dari Batam ke daerah pabean di Indonesia, melalui kesediaan Sucofindo mengeluarkan Laporan Surveyor (LS) sebagai syarat keluar scrap ini.

Sementara itu, penurunan pendapatan pemulung dan pengepul terus terjadi di tengah pandemi Covid-19 ini.

Seperti diakui oleh Saharuddin (52), pengepul besi yang ditemui di lapaknya di kawasan Tanjung Sengkuang, Kecamatan Batu Ampar, Batam.

Baca Juga: Usaha Jual Beli Besi Tua Terus Menurun, Pada Masa Covid-19 Makin Parah Lagi

Sebelum Covid-19 ini, Saharuddin yang sudah 20 tahun bergelut dengan usaha jual beli besi ini mengaku memiliki tiga karyawan. Saat ini hanya tersisa satu orang saja.

Ia yang sebelumnya bertugas mengurusi penjualan di perusahaan scrap, kini terpaksa rangkap tugas melayani pembeli, menyortir besi dan menjadi supir untuk diantar ke perusahaan pembeli.

Laki-laki asal Medan ini mengaku omset usahanya turun sekitar 50 persen dari sebelum Covid-19. Ia yang biasanya bisa menjual barang minimal sekali dalam seminggu, kali ini tidak lagi bisa konsisten mendapatkan barang. Kadang sekali seminggu bisa menjual, kadang tidak bisa.

Pemulung yang menjual besi padanya datang dari berbagai daerah, termasuk dari pulau-pulau di pesisir Batam, kini tak lagi datang. Demikian juga besi-besi dari perusahaan di Batam yang tak masuk lagi. Ada yang tidak beroperasi lagi, ada juga yang sudah hengkang ke negara lain.

"Untuk bertahan harus dibikin penghematan. Saya jadi turun langsung, jual barang dan jadi karyawan juga," kata Saharuddin saat ditemui beberapa saat sebelum dirinya menutup lapak.

Baca Juga: Okupansi Hotel di Batam Tak Sampai 10 Persen, PHRI: Kami masih Sekarat

Mundur ke sekitar tahun 2000 hingga 2010, Saharuddin mengaku masa-masa itu menjadi era keemasan dirinya sebagai pengepul besi. Di mana jumlah besi yang didapat dari perusahaan dan pemulung sangat berlimpah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI