Suara.com - Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo, mengumpulkan sejumlah pakar ilmu sosial dalam rapat penanganan pandemi Covid-19. Ganjar ingin membuat rekayasa perubahan perilaku sosial masyarakat, agar lebih masif dalam ketaatan protokol kesehatan.
Sejumlah tokoh hadir, antara lain, Prof. Mudjahirin Thohir, Prof. Saratri Wilonoyudho, Agustina Sulastri dan Annastacia Ediati.
"Banyak masyarakat yang tidak peduli karena berbagai faktor, salah satunya keyakinan bahwa urusan mati itu urusan Tuhan. Penggerakan tokoh-tokoh agama sebagai garda terdepan sosialisasi pada masyarakat dinilai efektif," kata Mudjahirin, di Gedung A lantai 2 Kantor Pemprov Jateng, Senin (27/7/2019).
Sementara itu, psikolog Annastasia mengutarakan, orang tidak patuh pada protokol kesehatan, tergantung keyakinan subyektifnya. Yang tidak patuh menilai, ia kuat dan tidak akan terkena penyakit itu.
Baca Juga: Potret Mesra Ganjar Pranowo dan Istri Senderan di Kereta, Netizen Baper
"Ini memang problem. Kalau orang tidak takut, ya tidak akan patuh pada protokol kesehatan. Tapi jangan sekali-kali memberikan hukuman sebagai punishment, karena itu membuat rakyat takut dan marah. Ini justru berbahaya, karena bisa menurunkan imun dan tingkat kepercayaan publik pada pemerintah," ucapnya.
Semua masukan dari para pakar ilmu sosial itu ditampung Ganjar untuk dirangkum menjadi kebijakan. Ia menilai, masukan dari para pakar ilmu sosial itu sangat membantu pemerintah untuk meningkatkan kepedulian masyarakat akan protokol kesehatan.
"Memang kami ingin masifkan lagi sosialisasi pada masyarakat. Sekarang banyak masyarakat yang sudah tidak peduli, sehingga butuh terobosan-terobosan baru. Kami mengundang para pakar ilmu sosial ini untuk mencari strategi yang tepat dalam memasifkan sosialisasi. Sosialisasi ini penting, karena kami ingin menekan terus penyebaran Covid-19 di masyarakat," kata Ganjar.
Masukan-masukan yang diberikan, lanjut Ganjar, pasti akan ditindaklanjuti dalam sebuah kebijakan, termasuk masukan para pakar untuk tidak mengenakan denda kepada masyarakat yang abai pada protokol kesehatan.
"Mereka menyampaikan pada kita, kayaknya lebih baik mengedukasi masyarakat dengan cara memberikan penguatan pada cerita sukses, daripada pemidanaan. Saya sepakat dengan masukan itu," tuturnya.
Baca Juga: Ganjar Pranowo Bakal Jadi Presiden, Jika Pilpres Digelar Bulan Ini
Perkuat Jogo Tonggo
Ganjar juga menyampaikan bahwa para pakar sepakat untuk memperkuat Program Jogo Tonggo yang digelar Pemprov Jateng. Hanya saja, program itu harus dilebarkan agar bisa mengena ke komunitas yang lebih kecil.
"Eksistensi Jogo Tonggo tidak hanya di level RW, tapi kelompok kecil. Misalnya ada usulan Jogo Kerjo untuk menjaga di ruang kerja, tempat industri dan kantor-kantor. Ada masukan Jogo Santri di pondok, Jogo Pasar, Jogo Sekolah dan lainnya. Sehingga, semua punya preverensi sendiri-sendiri sesuai lingkupnya," ucapnya.
Masukan-masukan itu, lanjut Ganjar, pasti akan ditindaklanjuti. Dengan banyaknya program seperti Jogo Tonggo di sejumlah level itu, maka harapannya, semua punya rentang kendali yang pendek untuk saling menjaga satu dengan lainnya.
"Tentunya akan lebih mengena, karena disesuaikan dengan karakter institusi masing-masing yang ada," tutupnya.