Setiap Tahun Jurnalis Jadi Sasaran Doxing, Ini Rentetan Kasusnya

Senin, 27 Juli 2020 | 17:59 WIB
Setiap Tahun Jurnalis Jadi Sasaran Doxing, Ini Rentetan Kasusnya
Ilustrasi jurnalis demonstrasi (Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tindakan doxing menjadi ancaman baru bagi kebebasan pers. Setidaknya tindakan tersebut terjadi kepada jurnalis setiap tahunnya.

Merujuk kepada data yang dikumpulkan oleh SAFEnet, kasus doxing sudah muncul pada 2018 lalu. Kala itu, ada satu jurnalis yang mendapatkan tindakan tidak menyenangkan karena menulis sebuah berita soal pernyataan Juru Bicara Persaudaraan Alumni (PA) 212 Novel Bamukmin. Jurnalis tersebut juga merasakan hal yang sama ketika meliput Aksi Bela Tauhid.

"Jurnalis tersebut kemudian di-doxing, jadi informasi pribadinya dikeluarkan dibuka lalu kemudian diekspos kepada publik sehingga lalu kemudian yang bersangkutan merasa tidak nyaman dan tidak merasa aman," kata Anggota Majelis Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, Ignatius Haryanto dalam sebuah webinar, Senin (27/7/2020).

Pada tahun yang sama, ada juga jurnalis Kumparan.com yang diserang oleh tindakan doxing hanya karena tidak mencantumkan 'Habib' di depan nama Rizieq Shihab dalam berita yang dibuatnya.

Kemudian terdapat jurnalis CNN.com yang menulis berita dengan judul Amien: Tuhan Malu Tidak Kabulkan Doa Ganti Presiden Jutaan Umat. Jurnalis tersebut mendapatkan doxing karena beritanya menimbulkan respon dari kelompok partisan Pemilihan Presiden 2019.

Lanjut ke tahun 2019, teror doxing juga terjadi kepada jurnalis yang konsen terhadap masalah di Papua. Setidaknya ada tiga jurnalis yang merasakannya yakni Arnold Beau yang menjadi pemimpin redaksi Suara Papua, Victor Mambor yang juga pimred Tabloid Jubi dan jurnalis dari Aljazeera.

Pada 2020 pun ada salah satu jurnalis Detik.com yang turut menjadi korban doxing. Kala itu ia membuat berita terkait rencana Presiden Joko Widodo atau Jokowi akan membuka sarana publik di Kota Bekasi dalan rangka persiapan New Normal. Namun, beberapa waktu kemudian Detikcom mempublikasi klarifikasinya.

"Kemudian ini menyebabkan yang bersangkutan kemudian di-doxing seperti itu," ujarnya.

Ignatius menjelaskan doxing ialah perilaku yang dilakukan anonim untuk menyerang sasarannya. Biasanya pelaku membuat banyak akun media sosial bodong guna melancarkan aksinya hingga korbannya merasa ketakutan.

"Ini yang kemudian membuat target yang disasar menjadi kemudian menjadi tidak aman," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI