Operasi Pencarian Korban Banjir Bandang Luwu Utara Resmi Dihentikan

Senin, 27 Juli 2020 | 17:42 WIB
Operasi Pencarian Korban Banjir Bandang Luwu Utara Resmi Dihentikan
Tim SAR gabungan melakukan pencarian korban banjir bandang di Desa Radda, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Sabtu (18/7/2020). [ANTARA FOTO/Abriawan Abhe]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pencarian korban banjir bandang di sejumlah kecamatan, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel) resmi dihentikan. Operasi dihentikan setelah berjalan selama 13 hari.

Hal ini diungkapkan oleh Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Luwu Utara, Muslim Muhtar. Muslim mengatakan operasi pencarian korban banjir bandang di Kabupaten Luwu Utara, Sulsel, ditutup sejak, Sabtu 25 Juli 2020 lalu.

"Sekarang tahapannya semua untuk pemulihan dan perbaikan infrastruktur yang terdampak. Tim SAR gabungan sudah ditarik dan yang bertahan tetap stanby ada tim SAR dari Palopo," kata Muslim saat dikonfirmasi, Senin (27/7/2020).

Selama 13 hari operasi pencarian, tim SAR gabungan berhasil menemukan 38 orang korban yang meninggal dunia, 4 di antaranya masih menunggu hasil indentifikasi Tim DVI Bidokkes Polda Sulsel.

Baca Juga: Polda Sulsel Telisik Banjir Bandang Luwu Utara karena Pembalakan Liar

Selain itu, 9 orang lainya belum ditemukan. Meski begitu, katanya, posko pengaduan terkait korban banjir yang belum ditemukan tetap dibuka.

"Makanya kita siapkan beberapa petugas yang standby di sana. Kalau dari kami ada Tim Reaksi Cepat (TRC) berkoordinasi dengan tim SAR Palopo," kata dia.

"Kalau suatu waktu ada informasi lanjutan, kita lanjutkan proses pencarian dan evakuasi lagi," Muslim menambahkan.

Sementara, Kepala BPBD Sulsel Ni'mal Lahamang mengemukakan selama melakukan operasi pencarian, tim mendapat sejumlah kendala.

Salah satunya adalah terbatasnya alat berat yang digunakan untuk mencari korban banjir.

Baca Juga: Detik-Detik Putri Pariwisata Favorite 2017 Selamat dari Bencana Luwu Utara

"Untuk membuka akses jalur yang tertimbun material lumpur," ungkap Ni'mal.

Kesulitan lain, kata dia, terbatasnya kendaraan untuk mendistribusikan logistik.

Belum lagi, banyaknya pengungsi dan berpindah sehingga menyulitkan pendataan petugas.

"Masih terdapat beberapa titik pengungsi yang kurang mendapatkan batuan logistik. Karena akses jalan yang masih sulit dilalui selain kendaraan roda dua," katanya.

Ni'mal menjelaskan dari peristiwa banjir bandang di Kabupaten Luwu Utara, Sulsel, Senin (13/7/2020) lalu, kata dia, BPBD Sulsel mencatat ada 3.627 kepala keluarga atau 14.483 jiwa yang terdampak banjir.

Para korban banjir tersebut mengungsi di 3 Kecamatan yang berbeda, yakni di Kecamatan Sabbang, Baebunta, dan Masamba.

"Kecamatan lainnya masih dalam pendataan, seperti Kecamatan Baebunta Selatan, Kecamatan Malangke dan Kecamatan Malangke Barat. TRC BPBD dan pemerintah kecamatan masih melakukan asessment data pengungsi untuk setiap kecamatan yang terdampak," tutup Ni'mal.

Diketahui, dari kejadian ini, Pemerintah Kabupaten Luwu Utara menetapkan status tanggap darurat selama 30 hari, mulai dari 14 Juli hingga 12 Agustus 2020.

Kontributor : Muhammad Aidil

REKOMENDASI

TERKINI