Suara.com - Suwandi, ayah kandung mendiang Editor Metro TV Yodi Prabowo menyangkal pernyataan polisi yang menyebut jika depresi menjadi penyebab Yodi nekat bunuh diri.
"Kalau saya sih saya sangkal itu. Anak saya enggak depresi," kata Suwandi saat dihubungi Suara.com, Senin (27/7/2020).
Suwandi mengatakan, sebelum almarhum ditemukan tewas di pinggir Tol Ulujami, Pesanggerahan, Jakarta Selatan ia mengaku tak melihat anaknya menunjukkan tanda-tanda depresi.
"Enggak ada depresi, orang dia mau berangkat kerja aja membeli ayam goreng kan ada level pedesnya, itu adiknya itu yang kecil umur 7 tahun minta akhirnya, dia membelikan makan, karena adiknya kepedesan keringatnya banyak ya dia, ketawa-ketawa lepas seperti biasanya," ujar Suwandi.
Baca Juga: Fakta Baru Kematian Editor Metro TV: Ribut dengan Pacar hingga Lihat Hantu
Sementara itu, terkait dengan pernyataan polisi kalau Yodi positif mengonsumsi amphetamine, Suwandi tak mengetahui hal itu, hanya saja ia tetap menampik anaknya disebut depresi.
"Kalau itu mana bisa kerja pak, orang depresi mandi aja males, ngapain dia kerja ngapain dia ngurusin tanggungjawabnya nanti mau ini, mau itu," tuturnya.
Polisi sebelumnya menyebutkan jika Yodi Prabowo tewas akibat bunuh diri dengan menggorok lehernya hingga luka parah. Luka di leher ini lah yang menyebabkan Editor Metro TV Yodi Prabowo tewas.
Dokter Spesialis Forensik RS Bhayangkara Kramat Jati Arif Wahyono menjelaskan, ditemukan luka kekerasan dalam bentuk memotong tenggorokan di leher Yodi.
"Di leher kami temukan kekerasan yang memotong tenggorokkan. Tapi tidak memotong pembuluh darah. Selain itu tidak ada. Kesimpulan sebab mati korban kekerasan tajam di leher," kata Arif di Polda Metro Jaya, Sabtu (25/7/2020).
Baca Juga: Bantah Yodi Bunuh Diri, Keluarga Sempat Sampaikan Info Dari Dukun ke Polisi
Selain itu, Yodi Prabowo positif narkoba setelah dinyatakan bunuh diri. Editor Metro TV Yodi Prabowo bunuh diri dengan menusukkan pisau ke bagian dadanya sebanyak empat kali.