Suara.com - Pemerintah Lebanon tidak mau ketinggalan melatih anjing pelacak milik kepolisiannya untuk mengendus keberadaan virus corona melalui keringat manusia.
Menyadur Al Arabiya, Senin (27/7/2020), para pejabat Lebanon mengumumkan bahwa mereka sedang melatih anjing polisi dari berbagai agen keamanan negara untuk mendeteksi bau virus dalam keringat.
Lebanon menyusul Jerman, Finlandia, Chili, Uni Emirat Arab, AS, hingga Iran dalam penggunaan anjing pelacak untuk mengendus Covid-19. Bahkan UAE mengumumkan studinya telah menunjukkan tingkat akurasi hingga 92 persen.
Anjing-anjing di Lebanon dilatih di barak Pasukan Keamanan Internal di kota Aramoun di selatan Beirut. Menteri Kesehatan Lebanon Hamad Hassan, mengatakan program itu "sangat dibutuhkan."
Baca Juga: Mirip Putri di Film Kartun, Wanita Ini Diikuti Hewan Tiap Kali Berjalan
Ahli bedah Lebanon Riad Sarkis bekerja sama dengan tim Prancis yang dipimpin oleh Profesor Dominique Grandjean dari National Veterinary School Alfort di Prancis, melakukan studi bukti-konsep untuk mengevaluasi efektivitas menggunakan anjing untuk mendeteksi Covid-19.
Pelatihan tersebut melibatkan delapan anjing - yang awalnya dilatih sebagai pendeteksi bahan peledak dan pendeteksi kanker usus - yang akan digembleng untuk mengenali bau sampel keringat dari orang-orang yang positif Covid-19.
"Melalui eksperimen ini, kami akan menyediakan teknologi tambahan untuk melindungi masyarakat kami dari setiap pengunjung, atau penduduk yang mungkin terinfeksi virus corona," kata Menteri Kesehatan Hassan.
Para peneliti melakukan 232 percobaan menggunakan 33 sampel positif di Perancis dan 136 percobaan menggunakan 68 sampel positif di Lebanon, menurut artikel yang dirilis dari penelitian.
Empat anjing memiliki tingkat keberhasilan 100 persen dalam mengidentifikasi sampel positif, sisanya antara 83 dan 94 persen.
Baca Juga: Gadis Seksi Ini Bertingkah Serupa Anjing, Netizen: Pengen Punya Kaya Gitu
"Dalam konteks di mana banyak negara di seluruh dunia, tes diagnostik masih kurang untuk mendeteksi orang yang terkontaminasi Covid-19, kami pikir penting untuk mengeksplorasi kemungkinan memperkenalkan deteksi olfaktif anjing sebagai yang 'alat' yang cepat, andal, dan murah baik untuk pre-test orang yang bersedia atau menjadi pilihan pemeriksaan cepat dalam keadaan tertentu," tulis para peneliti.
Kasus Covid-19 di Lebanon kembali meningkat beberapa minggu terakhir, terutama karena bandara Beirut dibuka kembali untuk penerbangan komersial mulai 1 Juli. Meskipun semua kedatangan diharuskan menjalani tes PCR, tidak semua pendatang mematuhi langkah-langkah karantina.
Pekan lalu, Lebanon melaporkan 124 kasus baru dan dua kematian baru, sehingga jumlah total kasus menjadi 3.104 dan kematian menjadi 43.
Penyebaran virus di kalangan petugas kesehatan juga menjadi perhatian khusus bagi pejabat kesehatan. Awal pekan ini, seorang dokter berusia 32 tahun, Louay Ismail, meninggal setelah tertular virus corona.
"Kami jelas memasuki fase penyebaran komunitas," ujar Firass Abiod, direktur Rumah Sakit Universitas Rafic Hariri, rumah sakit umum yang memimpin pengujian dan perawatan virus corona.
Dia juga mencatat bahwa lebih dari 180 petugas kesehatan telah terinfeksi, rumah sakit akan menghadapi ketegangan yang meningkat.
"Setiap infeksi mengarah ke karantina dari beberapa pekerja lain yang berhubungan," tulisnya. "Ini semakin menghabiskan kapasitas rumah sakit yang sangat dibutuhkan." pungkasnya.