Mengenal Anjing Langka Pegunungan Papua, Mirip Rubah dan Hampir Punah

Sabtu, 25 Juli 2020 | 14:11 WIB
Mengenal Anjing Langka Pegunungan Papua, Mirip Rubah dan Hampir Punah
Anjing langka pegunungan Papua. (Twitter/@anangdianto)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Baru-baru ini, sosial media diramaikan oleh seorang pengguna Twitter @anagdianto yang bertemu dengan anjing langka pegunungan Papua. Ia melihat anjing itu mendatang area pertambangan Grasberg pada Rabu(23/7/202.

Dalam unggahannya, disebutkan bahwa anjing ini memiliki ciri-ciri berwarna cokelat emas, telinga segitiga, ekor tebal, moncong pendek mirip rubah dan tidak bisa menggonggong.

Anjing berbulu tebal itu masuk dalam jenis New Guninea Singing Dog karena tidak bisa menggonggong, melainkan hanya bisa melolong kecil.

Melansir dari National Geographic, anjing ini juga pernah ditemukan di kawasan pegunungan Sudirman, Papua. Anjing liar itu disebut masih memiliki hubungan dengan anjing kuno dan anjing-anjing sekarang.

Baca Juga: Kamar Apotek, Tempat Napi Rutan Salemba Pakai Narkoba

Anjing langka pegunungan Papua ini dikhawatirkan akan punah lantaran sudah jarang ditemukan.

Terakhir, eksistensi anjing ini tertangkap kamera di daerah pelosok pegunungan yang sangat jauh dari peradaban manusia.

Selain dengan Singing Dog, anjing langka dari pegunungan Papua ini juga disebut memiliki relasi dengan anjing jenis Australian Dingo.

Warganet bertemu anjing langka pegunungan Papua. (Twitter/@anangdianto)
Warganet bertemu anjing langka pegunungan Papua. (Twitter/@anangdianto)

Dikutip dari National Geographic, seorang ahli zoologi dari Florida, James McIntyre, mengatakan bahwa anjing  langka pegunungan Papua ini juga tidak memiliki rasa takut. Sebuah ciri binatang yang hidup terisolasi dari keberadaan manusia atau pemangsa selama berabad-abad.

Berbagai dokumentasi tentang keberadaan anjing liar itu pernah muncul dalam rentang waktu yang lama. Pada tahun 1989, seorang mamalog Australia Tim Flannery berhasil mengambil foto anjing liar berwarna hitam dan cokelat di kawasan Distrik Telefomin.

Baca Juga: Eks Tapol Papua Cerita Soal Orang Tak Berduit di Lapak Buaya Rutan Salemba

Pada bulan September 2012, anggota kelompok wisata Adventure Alternative Borneo yang sedang mendaki Gunung Mandala di Papua Barat juga mengaku terkejut ketika melihat seekor anjing berwarna kuning kecokelatan menatap mereka dari sisi bukit.

Mengutip dari Business Insider, empat tahun kemudian di bulan yang sama, jejak kaki berlumpur memberikan petunjuk keberadaan anjing itu kepada kelompok ekspedisi New Guinea Highland Wild Dog yang dipimpin oleh McIntyre dan peneliti lokal dari Universitas di Papua.

Jejak kaki itu tersebar di hutan lebat dataran tinggi New Guinea, sekitar 3460-4400 meter di atas permukaan laut.

Hingga kini, penelitian dan ekspedisi untuk mengetahui dan mempertahankan keberadaan anjing itu masih terus dilakukan. Para peneliti optimis tentang peluang keberadaan anjing langka pegunungan Papua ini untuk bertahan hidup.

Mereka juga melibatkan perusahaan pertambangan lokal untuk turut serta mengelola lingkungan demi melindungi daerah terpencil dan ekosistem di sekitar fasilitas mereka.

Bahkan, @anangdianto mengungkapkan bahwa masyarakat lokal juga turut menjaga keberadaan anjing liar ini dengan tidak menangkapnya sebagai peliharaan. "Bahkan menurut Suku Moni, anjing ini dipercaya sebagai penjaga gunung & bisa berubah menjadi lak-laki yang memakan jantung orang-orang yang berniat jahat" cuitnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI