Bertaruh Nyawa, Pemulung Kais Sampah di Pembuangan Biomedis Covid-19

Jum'at, 24 Juli 2020 | 19:09 WIB
Bertaruh Nyawa, Pemulung Kais Sampah di Pembuangan Biomedis Covid-19
Ilustrasi limbah medis. [ANTARA FOTO/Arif Firmansyah]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mansoor Khan dan istrinya, Latifa Bibi telah menjadi pemulung dan mengais sampah dan barang bekas di tempat pembuangan sampah New Delhi selama hampir 20 tahun.

Perhari, mereka masing-masing mampu menghasilkan 5 dolar AS atau Rp73 ribu. Uang itu digunakan untuk menyambung hidup sekaligus membiayai sekolah tiga anaknya.

Namun, tantangan hidup bagi Mansoor dan Latifa kian berat dalam beberapa bulan terakhir. Pandemi virus Corona membuat keduanya berada di tengah bahaya.

India diketahui menjadi salah satu negara paling terdampak pandemi Covid-19. Alhasil, limbah biomedis pasien Covid-19 kian bertumpuk.

Baca Juga: Duh, 57 Anak Terpapar Covid-19 di Mataram

Tempat pembuangan sampah di New Delhi jadi salah satu pilihan untuk membuang limbah biomedis mulai dari plastik, masker, hingga kapas yang penuh noda darah itu.

Setiap harinya, ratusan ton limbah itu datang dn kini telah menyebar di 52 hektar lahan pembuangan yang menjulang setinggi lebih dari 60 meter itu.

Mansoor Khan (44) sadar bahaya tengah mendekati dirinya dan keluarga. Namun dia tak punya pilihan untuk terus mengais sampah, lantaran anak istrinya perlu makan setiap hari.

"Bagaimana jika kami mati? Bagaimana jika kami terkena penyakit ini? Tetapi rasa takut tidak akan memenuhi perut kami, itu sebabnya kami harus melakukan pekerjaan ini, jelas Masnoor Khan dikutip The National, Jumat (24/7/2020).

Istri Masnoor, Bibi (38), mengaku khawatir dengan kondisi yang ada. Terkadang dia takut untuk pulang ke rumah setelah seharian bekerja.

Baca Juga: Lebih dari 1.000 Meninggal karena Covid-19 Setiap Hari di Amerika Serikat

Dia sangat khawatir apabila ternyata membawa virus Corona ke dalam rumah di mana anak-anaknya yang berusia 11, 14 dan 16 tahun tinggal.

"Ketika saya pulang dari pembuangan sampah, saya merasa takut masuk rumah karena saya punya anak. Kami amat takut dengan penyakit ini," jelas Bibi di luar rumah beton dua kamar yang berada di kaki gunung sampah.

Dinesh Raj Bandela, seorang ahli dalam limbah biomedis di think tank Center for Science and Environment, yang berbasis di Delhi, menyebut situasi itu amat berbahaya bagi pemulung.

Pasalnya, tak semua pihak mematuhi protokol untuk pembuangan limbah biomedis, terutama yang berkaitan dengan pasien Covid-19.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI