Suara.com - Behrouz Boochani, pengungsi berdarah Kurdi-Iran yang novelnya berhasil menggetarkan dunia akhirnya mendapat suaka dari Selandia Baru. Menyadur BBC pada Jumat (24/07/2020), semua ini berkat karyanya yang memenangkan berbagai penghargaan sastra.
Selandia Baru secara resmi mengakui status pengungsinya dan menawarkan visa kerja selama setahun pada Behrouz Boochani dan jalur menuju kewarganegaraan.
Meski sudah diterima di Selandia Baru, Boochani mengaku belum bisa merayakan hal ini sepenuhnya karena masih banyak pengungsi seperti dirinya yang berjuang mendapat kebebasan.
Behrouz Boochani adalah seorang pengungsi yang dulunya bekerja sebagai jurnalis di Iran.
Baca Juga: Menlu: Pengungsi Rohingya di Aceh Resmi Dilindungi UNHCR Indonesia
Ia pernah mencari suaka di Australia pada tahun 2013 tapi kapal malah membawanya ke Papua Nugini di bawah kebijakan suaka garis keras Australia.
Selama Boochani berada di kamp pengungsian, terjadi serangkaian insiden termasuk kerusuhan yang melibatkan penjaga dan pengungsi pada tahun 2014 di mana sejumlah orang terluka dan seorang pencari suaka terbunuh.
Pada tahun 2018, ia menerbitkan sebuah novel berjudul 'No Friend But The Mountains'. Naskah novelnya berhasil menerobos jeruji besi melalui ketikan WhatsApp. Bukunya memenangkan berbagai penghargaan sastra, termasuk hadiah sastra terkaya di Australia.
Buku ini juga yang membawanya pada tiket kebebasan karena Selandia Baru memberinya visa selama sebulan setelah ia diundang untuk berbicara di festival sastra pada November 2019.
Selandia Baru sebelumnya juga telah menawarkan untuk memukimkan kembali 150 pengungsi dari pusat penahanan pulau Australia tetapi ditolak oleh Canberra.
Baca Juga: Pemindahan Pengungsi Rohingya ke Penampungan Sementara