Suara.com - Beruang kutub yang menjadi ikon Kutub Utara diperkirakan bakal punah pada tahun 2100. Menyadur BBC pada Selasa (21/07/2020), beruang lucu ini tak kuat menghadapi perubahan iklim yang membuat es di laut Kutub Utara mencair.
Peneliti dari University of Toronto, Dr peter Molnar mengatakan beruang kutub tak memiliki habitat lain selain Kutub Utara sehingga populasinya semakin terdesak.
"Beruang itu telah menjadi contoh nyata perubahan iklim dan mereka ada di puncak dunia. Jika esnya mencair, mereka tak punya tempat untuk pergi," kata Dr Peter Molnar.
International Union for Conservation of Nature (IUCN) mendaftarkan beruang kutub sebagai binatang yang rentan terhadap kepunahan.
Baca Juga: Boba Hingga Beruang Kutub, Unicode Akan Tambahkan 65 Emoji Baru
Berbagai penelitian menunjukkan es yang mencair di perairan Arktika menjadi faktor utama berkurangnya populasi beruang kutub.
Selama ini beruang kutub bergantung pada lautan es di Samudera Arktika untuk berburu anjing laut. Ketika es pecah, mereka terpaksa berjalan lebih jauh ke pinggir pantai dan itu justru membuat mereka semakin sulit mencari makan.
Lautan es adalah air laut yang membeku dan mengambang di permukaan laut. Es itu terbentuk dan mencair seiring dengan musim-musim di kutub.
Di Arktika, beberapa wilayah tetap membeku sehingga beruang kutub, anjing laut dan walrus bisa bertahan hidup. Namun lautan es di Arktika terus menurun, rata-rata sekitar 13% per dekade sejak catatan satelit dimulai pada pada akhir 1970-an.
Nature Climate Change merilis hasil penelitian terkini dan menyebut tahun 2100 sebagai batas akhir beruang kutub bertahan.
Baca Juga: Demi Bertahan Hidup, Beruang Kutub Makan Bangkai Paus
Kepala ilmuwan Polar Bears International, Dr Steven Amstrup mengatakan ancaman pertama datang dari anak-anak beruang yang berpeluang mengalami gizi buruk karena induknya tak punya cukup lemak untuk memproduksi susu.
"Kita semua tahu kita hanya bisa bertahan hidup dalam jangka waktu yang pendek. Itu kenyataan biologis bagi semua spesies," jelasnya.
Dr Amstrup juga mengatakan, situasi masih bisa diperbaiki jika masyarakat bersama-sama mengubah gaya hidup mereka dan menyelamatkan bumi demi masa depan yang lebih baik.