Suara.com - Pemimpin Uni Eropa belum menemukan solusi untuk kesepakatan dana stimulus virus corona. Menyadur DW pada Senin (20/07/2020), KTT ini berjalan alot hingga memakan waktu sehari lebih lama dari yang diagendakan.
Para pemimpin UE berselisih saat menyelesaikan pembagian dana stimulus senilai USD 2,1 triliun atau setara Rp 29.600 triliun. Dana stimulus ini bkl dipakai untuk pemulihan ekonomi negara anggota Uni Eropa pasca pandemi.
KTT yang dilaksanakan di Brussels ini dimulai pada hari Jumat dan rencananya akan dilangsungkan selama dua hari. Namun pertemuan berjalan alot sehingga KTT diperpanjang hingga Senin sore.
"Kadang-kadang malam tidak berjalan baik tapi saya merasa secara keseluruhan, kami membuat kemajuan," ujar Perdana Menteri Belanda Mark Rutte. "Kami sangat dekat dengan kegagalan," tambahnya. "Segalanya masih bisa berantakan."
Baca Juga: Presiden Maduro Beri Waktu 72 Jam bagi Dubes Uni Eropa Tinggalkan Venezuela
Sementara itu, Kanselir Austria Sebastian Kurz mengatakan puas dengan putaran diskusi. "Negosiasi yang sulit baru saja berakhir dan kami sangat puas dengan hasil hari ini. Kami akan melanjutkan pada sore hari," katanya.
Kanselir Jerman Angela Merkel memperingatkan pada hari Minggu bahwa para pemimpin Uni Eropa mungkin tidak mencapai kesepakatan tentang paket pemulihan ini.
Ini adalah hal baru bagi mereka karena anggaran jangka panjang untuk ekonomi Uni Eropa hancur terkena pandemi.
Para pemimpin belum sepakat tentang jumlah bantuan yang diberikan dalam bentuk hibah dan jumlah yang ditawarkan sebagai pinjaman.
Seorang diplomat yang tidak ingin disebutkan namanya membocorkan jumlah maksimum yang dapat diterima untuk negara-negara utara Eropa, yaitu Rp 5.600 triliun.
Baca Juga: DPR Apresiasi Bantuan Penanggulangan Covid-19 dari Uni Eropa
Sedangkan negara-negara selatan Eropa, termasuk Jerman dan Perancis mengajukan Rp 6.400 triliun.
Empat negara Eropa yang terkenal berhemat atau disebut 'Frugal Four' Belanda, Austria, Denmark, dan Swedia ngotot agar paket stimulus ini ditetapkan sebagi utang dan persayaratan diperketat agar anggota melakukan reformasi besar di pasar tenaga kerja.
Sementara itu, Jerman dan Perancis telah mendorong paket pinjaman dan subsidi yang ambisius kepada negara-negara anggota, dan telah berulang kali meminta kompromi.
Ketegangan memuncak saat Merkel dan Macron melakukan kasi walkout pada hari Sabtu. Macron bahkan mengulang aksi yang sama keesokan harinya.