Suara.com - Pemerintah dalam hal ini Menteri Kesehatan, melakukan revisi tentang pedoman pencegahan dan pengendalian Covid-19 dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/413/2020.
Pedoman yang diatur mencakup beberapa pembahasan seperti penanggulangan, pengendalian penularan, penyediaan sumber daya, hingga pencegahan dan pengendalian infeksi untuk pemulasaraan jenazah.
Kriteria jenazah pasien menurut Kepmenkes terdiri dari:
- Jenazah suspek dari dalam rumah sakit sebelum keluar hasil swab.
- Jenazah pasien dari dalam rumah sakit yang telah ditetapkan sebagai kasus probable/konfirmasi COVID-19.
- Jenazah dari luar rumah sakit, dengan riwayat yang memenuhi kriteria probable/konfirmasi COVID-19. Hal ini termasuk pasien DOA (Death on Arrival) rujukan dari rumah sakit lain.
Baca Juga: Bawa Pulang Jenazah Corona, Anggota DPRD Makassar Jadi Tersangka
Jenazah yang masuk dalam lingkup pedoman ini dianjurkan dengan sangat untuk dipulasara di kamar jenazah. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya penularan virus dari jenazah.
Selain itu, jenazah hanya bisa dimandikan setelah dilakukan tindakan desinfeksi.
Petugas yang memandikan jenazah, wajib menggunakan APD standar. Begitupun dengan keluarga yang hendak membantu memandikan. Tentunya dibatasi hanya 2 orang saja.
Jenazah dimandikan sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.
Setelah dimandikan dan dikafankan/diberi pakaian, jenazah dimasukkan ke dalam kantong jenazah atau dibungkus dengan plastik dan diikat rapat.
Baca Juga: Cegat dan Ambil Paksa Jenazah Covid-19, 10 Warga Ambon Jadi Tersangka
Bila diperlukan peti jenazah, maka dilakukan cara berikut: