Suara.com - Sebulan terakhir, nama Widyastuti santer terdengar di lini masa Twitter. Widya viral di media sosial setelah menulis surat panjang untuk mencari ibu kandungnya di Indonesia.
Perempuan bernama lengkap Widya Astuti Boerma (45) asal Indonesia ini diadopsi orang Belanda.
Kabar terbaru yang dibagikannya ke Twitter, menjelaskan bahwa usaha Widya mencari ibu kandungnya kembali terhalang.
Pasalnya, wanita yang ditemui Widya di Bandung pada tahun 1991 lalu ternyata bukan ibu kandungnya. Hal ini disampaikan Widya dalam cuitan berbahasa Inggris, Senin (20/7/2020).
Baca Juga: Sajadah Jadul Viral, Disebut Ada Hagia Sophia di Sebelah Masjidil Haram
"Saya menerima konfirmasi bahwa keluarga yang saya temui di Bandung pada tahun 1991 jelas bukan keluarga biologis saya," tulis Widya, dialihbahasakan Suara.com.
Widya mengatakan bahwa pertemuannya dengan wanita tersebut sudah diatur sedemikian rupa oleh para pelaku.
"Ini ternyata merupakan rekayasa yang direncanakan dengan baik di mana para pelaku berusaha membuat saya dan keluarga angkat saya percaya bahwa saya bertemu ibu kandung saya," ujar Widya.
Keraguan yang dirasakan Widya saat pertama kali bertemu dengan wanita itu di Bandung terbukti sekarang.
Dilansir BBC Indonesia -- jaringan Suara.com, Sabtu (20/6/2020), pada 1991, ketika usianya menginjak 16 tahun, bersama orang tua asuhnya Widya berkunjung ke Indonesia untuk pertama kali.
Baca Juga: Ngebut dan Tak Terima Diklakson, Wanita Pakai Rok Mini Ludahi Pemotor
Widya minta panti asuhan untuk dipertemukan dengan orang tua kandungnya. Pihak panti asuhan menyanggupi, Widya kemudian dipertemukan kembali dengan wanita yang diklaim sebagai ibunya.
Wanita itu tinggal dengan dua anak perempuan dan satu laki-laki serta bibinya dalam satu rumah di Bandung, Jawa Barat.
Namun, dalam pertemuan itu Widya sama sekali tidak merasa nyaman dan tak memiliki koneksi dengan perempuan yang mengaku ibunya.
"Apa yang saya ketahui tentang anak-anak adopsi lain yang menemukan keluarga mereka entah bagaimana ada hubungan neurologis, tapi saya tak memilikinya," tutur Widya.
Sejak saat itu, Widya mengalami krisis identitas. Ia memendam perasaan itu sendiri hingga hubungannya dengan orang tua asuhnya merenggang.
Widya kabur dari rumah dan mulai bepergian ke seluruh dunia, seperti Amerika Latin. Tapi ia sangat menghindari Indonesia.
Bahkan Widya selama bertahun-tahun tidak ingin ada hubungan dengan Indonesia akibat kejadian itu. Kini, Widya menemukan fakta lain yang lebih menyakitkan.
Widya tidak habis pikir orang-orang panti asuhan itu tega mengelabuhinya dan kebenarannya baru terbongkar sekarang.
"Itu di luar pemahaman saya tentang apa yang orang bersedia lakukan untuk orang lain demi keuntungan pribadi mereka sendiri," tulis Widya dalam cuitan yang lain.
Selain itu, Widya juga meragukan keabsahan surat dokumen adopsi miliknya.
Dalam surat kelahirannya, tercantum dia lahir di Jakarta, pada 6 November 1975 dari ibu bernama Sunarti dan ayah bernama Kartono. Mereka tinggal di Kampung Pulo, Jakarta Timur. Oleh orangtuanya, dia diberi nama Widyastuti.
Tapi ketika berkunjung ke Indonesia pada 1991, pihak panti asuhan mengaku telah memalsukan surat kelahirannya. Sebab, tanpa surat kelahiran, maka adopsi tidak bisa dilakukan.
Sementara itu, dokumen adopsinya di agensi Belanda pun tak bisa ditemukan hingga saat ini.
Pencarian jati diri
Widya sendiri yakin dirinya dilahirkan di Yogyakarta. Dalam ingatannya, orang tua kandung Widya adalah abdi dalem Keraton.
"Saya ingat dengan jelas saya berlutut di depan Sultan. Jadi inilah mengapa saya benar-benar percaya bahwa saya berasal dari Yogyakarta dan juga orang tua kandung saya sebenarnya bekerja sebagai abdi Sultan. Sekali lagi, ini adalah asumsi, tidak dapat 100% yakin," ungkap Widya.
Pencariannya hingga ke Keraton Yogyakarta juga bertemu jalan buntu. Widya tidak mendapat petunjuk apapun.
Perwakilan Keraton mengatakan mereka tak memiliki arsip atau dokumentasi tentang para abdi dalem.
Perempuan berusia 45 tahun ini juga mengaku pernah tinggal di Metro, Lampung, sebagai bagian dari program transmigrasi.
Dia ingat dirinya berlari di kebun nanas, sesekali kakinya terluka karena tergores duri daun nanas. Widya juga memiliki ingatan pernah tinggal di jalanan Jakarta, berdua saja dengan ibunya.
Widya lalu bergabung dengan Yayasan Mijn Roots, komunitas orang-orang Indonesia yang diadopsi oleh orang Belanda dan dibawa ke negara itu ketika masih bayi atau balita.
Ia pun disarankan untuk membuat utas di Twitter tentang perjuangannya mencari ibu kandung. Sejak saat itu kisah Widya menjadi viral di dunia maya.