ILUNI UI: Area Cabai dan Bawang di Pasar Berpotensi Tularkan Virus Corona

Agung Sandy Lesmana | Stephanus Aranditio
ILUNI UI: Area Cabai dan Bawang di Pasar Berpotensi Tularkan Virus Corona
Ilustrasi--Aktivitas para pedagang cabai di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis (30/01). [Suara.com/Alfian Winanto]

"Area penjualan cabai dan bawang merah terdapat aroma pedas yang memicu terjadi bersin atau batuk, risiko tertularnya tinggi."

Suara.com - Wakil Ketua Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) MKK FKUI dr Yitro Wilar memaparkan analis potensi penyebaran virus corona covid-19 di pasar tradisional yang patut diwaspadai oleh masyarakat dan pemerintah.

Menurutnya, di masa pandemi virus corona, pasar harus dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan barang dagangan, seperti ada lapak khusus daging, ikan, sayuran, hingga sembako.

Dia menjabarkan, ada tiga bagian yang memiliki potensi penyebaran virus tinggi di pasar, antara lain area gerbang masuk, area kios cabai dan bawang merah, dan saat transaksi tunai.

"Area penjualan cabai dan bawang merah terdapat aroma pedas yang memicu terjadi bersin atau batuk, risiko tertularnya tinggi," kata dr Yitro dalam diskusi virtual di channel Youtube ILUNI UI, Rabu (15/7/2020).

Baca Juga: Deflasi 5 Bulan Berturut-turut, Pasar Tradisional di Jakarta Sepi Pembeli

dr Yitro menyarankan setiap pedagang cabai dan bawang merah harus menggunakan pelindung wajah atau face shield sekaligus menggunakan masker, selain itu pengelola pasar juga harus meningkatkan sirkulasi udara di dalam pasar.

"Penjual lebih baik menggunakan faceshield, meminimalisir tawar menawar, semakin lama pembeli berada di area cabe dan bawang merah resiko bersin akan lebih tinggi, setelah bersin dia pegang hidung sehingga risiko terinfeksi juga tinggi," jelasnya.

Kemudian untuk pencegahan di area gerbang, dia menyarakan hanya ada dua gerbang di pasar, yakni gerbang masuk dan keluar harus berbeda, jika tidak bisa maka gerbang harus dibagi dua alur agar orang tidak bersentuhan di gerbang.

"Satu gerbang itu kita pisahkan alur keluar masuk, masuk lewat kiri, keluar lewat kanan, dibikin pembatas di tengah sehingga orang tidak tabrak-tabrakan," tuturnya.

Terakhir, untuk menghindari risiko tertular yang ketiga yakni melalui uang tunai, maka pengelola pasar seharusnya menyediakan fasilitas cuci tangan di setiap sudut pasar atau penjual mulai menggunakan teknologi non-tunai.

Baca Juga: Ke Pasar Tradisional Pakai Outfit Sederhana, Indah Permatasari Tetap Kece