Suara.com - Seorang dokter di Tajikistan harus rela mengurungkan niatnya untuk berangkat ibadah haji karena Arab Saudi membatasi jemaah yang hadir akibat pandemi Covid-19. Sebagai gantinya ia melakukan hal mulia ini.
Menyadur Radio Free Europe/Radio Liberty, Selasa (14/7/2020), Shirin Nazirmadova, seorang dokter dari Tajikistan selatan, sudah menabung selama bertahun-tahun untuk berangkat haji.
Namun ia harus mengurungkan niatnya, ketika Arab Saudi memutuskan untuk melarang jemaah dari luar Arab Saudi melakukan ibadah haji tahun ini guna membatasi penyebaran virus corona.
Dokter berusia 60 tahun tersebut mengatakan kepada RFE /RL bahwa dia tidak akan menunggu tahun depan untuk melaksanakan ibadah haji.
Baca Juga: Media Asing Sorot Kisah Dokter Indonesia Rawat Ribuan Anjing Selama Pandemi
Sebagai gantinya, dia menyumbangkan uang yang sudah ia tabung ke rumah sakit di distrik Farkhor setempat untuk membeli perlengkapan dalam memerangi virus corona.
Rumah sakit tersebut langsung menggunakan uang sumbangan sang dokter untuk membeli alat pelindung diri (APD) serta obat-obatan dan antiseptik.
Sebagai dokter yang berpengalaman, Nazirmadova berada di garis terdepan dalam perang melawan virus. Jadi alih-alih mengunjungi Ka'bah dan melempar jumrah, ia akan bekerja di rumah sakit Farkhor untuk merawat pasien Covid-19 dan pasien lainnya.
Juru bicara Komite Urusan Agama Tajikistan, Afshin Muqim mengatakan bahwa mereka yang sudah mendapat kuota haji pada tahun 2020 namun tidak bisa pergi, akan diberi kesempatan untuk melaksanakan tahun depan jika mereka mau.
![Ilustrasi haji. [shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2014/09/24/shutterstock_125633117-e1411533171617.jpg)
Tetapi komite tidak dapat menjamin bahwa biaya yang dikenakan akan sama dengan tahun ini.
Baca Juga: Imam Beijing Ajak Umat Islam Dukung Kebijakan Saudi soal Haji
"Harganya sama dalam dolar selama tujuh hingga delapan tahun terakhir. Tetapi karena mata uang nasional Tajik, somoni, kehilangan nilainya [terhadap dolar dalam beberapa tahun terakhir], biaya perjalanan naik dalam mata uang kami." jelas Muqim.