Suara.com - Ince Ni'matullah, perempuan yang mengaku Yahudi melempar Al Quran di Makassar, ternyata sakit jiwa. Perempuan berusia 40 tahun itu tinggal di Jalan Tentara Pelajar, Kecamatan Wajo, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Ince Ni'matullah yang sudah jadi tersangka ternyata mengalami gangguan kejiwaan. Hal ini terungkap setelah polisi melakukan pemeriksaan terhadap Ince di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
"Dari hasil pemeriksaan, memang ada ada kelainan dari INC ini karena ada kecenderungan dari psikisnya, selalu ingin bicara yang tinggi-tinggi dan menganggap dirinya ini orang yang tinggi," kata Kapolres Pelabuhan Makassar AKBP Kadarislam dalam pernyataan persnya, Selasa (14/7/2020).
Kadarislam menyebut Ince diperiksa setelah pihaknya mendalami motif pelaku yang memasang gelar sarjana dan master palsu pada kartu identitasnya atau KTP.
Baca Juga: Lulusan Sidney Abal-abal, Wanita Pelempar Alquran Suka Pamer Gelar Sarjana
Meski begitu, polisi akan tetap melanjutkan kasus penistaan agama ini. Penyidik pun telah melakukan pemberkasan sebelum dilimpahkan ke kejaksaan.
"Karena dalam gangguan kejiwaan juga ada beberapa kategori. Nanti kita dalami lagi apakah kejiwaan yang dialami yang bersangkutan. Termasuk yang bisa dihentikan proses penyidikannya," kata dia.
"Tapi ini kita dalami dulu. Nanti kita lakukan gelar perkara dengan Polda," Kadarislam menambahkan.
Sebelumnya, Kadarislam mengungkapkan alasan Ince menggunakan gelar sarjana dan master palsu agar dapat dipandang masyarakat.
"Iya palsu, untuk gelarnya karena tersangka tidak bisa menunjukkan ijazahnya," ungkap Kadarislam.
Baca Juga: Pelatih Timnas U-16 Gelar Kompetisi Mobile Legends dan Menghafal Al Quran
Selain itu, gelar palsu ini juga digunakan Ince untuk mendaftar pekerjaan. Tersangka juga kerap memamerkan gelar pendidikan palsu tersebut. Parahnya lagi, wanita ini juga mengaku lulusan di kampus Signey, Australia dan telah menjadi dosen di beberapa perguruan tinggi.
"Memang kecenderungannya begitu. Makanya dia dikucilkan sama masyarakat di situ, suka terlalu mencampuri, terlalu punya power, sehingga itulah yang sering muncul," tutupnya.
Kontributor : Muhammad Aidil