Ubah Hagia Sophia Jadi Masjid, Erdogan Dituding Bermain Politik Agama

Senin, 13 Juli 2020 | 11:38 WIB
Ubah Hagia Sophia Jadi Masjid, Erdogan Dituding Bermain Politik Agama
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan dalam sebuah konferensi pers di London, Inggris pada 15 Mei kemarin. [AFP/Matt Durham]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Keputusan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdoan mengubah situs ikonik Hagia Sophia menjadi Masjid menimbulkan banyak kecaman. Banyak yang menuding pria 66 tahun itu tengah bermain politik agama.

Hagia Sophia adalah ikon dunia yang telah berdiri sejak era Bizantium dari abad 6 hingga 15, sebelum berubah menjadi Masjid pada 1453 di bawah kerajaan Ottoman.

Tempat yang masuk dalam warisan dunia Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) itu kemudian diubah menjadi museum pada 1934 oleh pemimpin sekuler Turki, Mustafa Kemal Atatürk.

Namun, keputusan yang banyak dianggap demokratis lantaran mementingkan keberagaman itu tak bertahan lama. Erdogan dengan segala ambisinya, mengubah Hagia Sophia kembali menjadi masjid.

Baca Juga: Dikecam Karena Mau Diubah Jadi Masjid, Ini Sejarah Panjang Hagia Sophia

Keputusan Erdogan mengubah bangunan megah nan bersejarah itu terjadi pada Jumat, 10 Juli 2020.

Hal itu terjadi usai pengadilan administrasi Turki membatalkan kebijakan Mustafa Kemal Ataturk yang mengalihfungsikan Hagia Sophia jadi museum pada 1934.

Keputusan Erdogan membuat setidaknya lima bekas gereja Bizantium termasuk Hagia Sophia kini beralih fungsi sebagai Masjid.

The Telegraph melaporkan bahwa keputusan Erdogan sangat terkait dengan intrik politik di mana Turki kini tengah mengalami kesulitan ekonomi.

Hagia Sophia. [Shutterstock]
Hagia Sophia. [Shutterstock]

Mengubah Hagia Sophia sebagai Masjid adalah permainan politik agama yang diharapkan bisa mengalihkan perhatian masyarakat terhadap masalah-masalah yang lebih mendesak.

Baca Juga: Hagia Sophia Diubah Jadi Masjid, Negara-negara Dunia Kecam Turki

"Kami hidup dengan pemerintahan yang berjalan kosong," kata Soli Ozel dari Universitas Kadir Has.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI