Viral, Kritik Dono Warkop DKI soal Polisi 'Berperut Gendut' di Era Orba

Sabtu, 11 Juli 2020 | 07:44 WIB
Viral, Kritik Dono Warkop DKI soal Polisi 'Berperut Gendut' di Era Orba
Tulisan Dono. (Twitter @fahrisalam)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Jagat Twitter belakangan diramaikan oleh tulisan anggota grup komedi legendaris Warkop DKI, almarhum Dono. Gegara itu, namanya sempat menempati trending topic pada Rabu, 8 Juli lalu.

Nah, pemicunya yakni cuitan dari pemilik akun @fahrisalam yang mengunggah foto karya tulis almarhum Dono yang dimuat di Majalah Forum pada 1993 silam bertajuk Kisah Sertu Jumadi.

“Kenapa aku tahu terlambat sekali kalau Dono menulis sebagus ini. sampai berseloroh: mestinya bukan GM, tapi Dono yang harus kita rujuk sebagai penulis penuh gaya yang perlu kita teladani,” tulis akun tersebut seperti dikutip dari Hops.id--jaringan Suara.com, Sabtu (11/7/2020).

“Dokumen artikel alm. Dono tersebut saya share ulang dari twit Pak @UmarAlChelsea75 (dan memang dia punya dokumennya),” lanjut Fahri.

Baca Juga: Ada Perwira di Pemerintahan, Fadli Zon: Bukan Dwifungsi Lagi, Multifungsi

Cerita Kisah Sertu Jumadi itu berisi kritikan halus terhadap institusi kepolisian di era orde baru yang mulai kehilangan wibawa di mata masyarakat.

“Entah mengapa, akhir-akhir ini Pak Jumadi ikut arus ‘berperut gendut’. Baju jatah dari kantor menjadi ketat menempel di badan, sehingga jalannya pun tampak lebih susah dari biasanya. Barangkali, ia ingin memenuhi standar stereotip polisi zaman sekarang,” tulis Dono dalam majalah.

Tulisan Dono. (Twitter @fahrisalam)
Tulisan Dono. (Twitter @fahrisalam)

Dono yang memiliki nama asli Wahyu Sardono menyorot soal polisi yang punya kendaraan, yang sebenarnya tak mampu dibeli dengan hitungan gaji seorang polisi.

Ia juga mengomentari soal gagalnya polisi memberikan rasa aman bagi masyarakat dari tindak kejahatan. Dalam tulisannya, ia menggambarkan seorang polisi yang diam saja melihat seorang perempuan ditodong bandit.

“Saat polisi itu turun di sebuah halte, hampir seluruh penumpang berkomentar: ‘polisi kok takut!’; ‘polisinya pasti sekongkol dengan penjahat itu!’ ; ‘suruh masuk Bhayangkari saja! Jangan ikut Bhayangkara!’; dan ‘iya, ganti saja namanya menjadi Deborah atau Yayuk!’” tulis Dono di artikel tersebut.

Baca Juga: Slogan 'Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang' Viral Lagi, Ini Sejarahnya

“Alfatihah untuk almarhum Dono. Tahun 1993 orba sedang kuat-kuatnya, tapi Dono berani menulis kritik untuk polisi. Sekarang posting guyonan Gus Dur tentang polisi jujur saja kena tangkap. Apa itu artinya?” tulis @mana_buktinya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI