Derita Buruh saat Covid-19: Anda Tak Bisa Bekerja Sekaligus Mengasuh Anak

Senin, 06 Juli 2020 | 15:12 WIB
Derita Buruh saat Covid-19: Anda Tak Bisa Bekerja Sekaligus Mengasuh Anak
Ilustrasi sekolah. (Unsplash/Jerry Wang)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nadiem Makarim, menjelaskan tentang sistem pembelajaran jarak jauh sebagai solusi pendidikan secara permanen. Tak cuma mengatasi masalah saat pandemi tapi juga untuk langkah panjang.

Gagasan dalam rapat kerja bersama Komisi X DPR, Kamis (2/7/2020 ini mendapat reaksi beragam. Ada pro dan tentu saja ada yang kontra. Sebagian masyarakat tak setuju dengan sistem 'melek teknologi' tersebut.

Meski begitu, hingga kini belum ada solusi lain yang dianggap lebih ideal untuk mengatasi pendidikan juga pola pengasuhan selama pandemi.

Mengapa pola pengasuhan patut diperhitungkan? Karena syarat mutlak menuju normal adalah keluarga yang menemukan kembali ritme normalnya masing-masing.

Baca Juga: Wajib Tahu, Ini Pentingnya Pengasuhan Responsif di Periode Emas Anak

Masalah jadi semakin runyam ketika orangtua yang bekerja dari rumah mendapat panggilan untuk kembali kerja dari kantor.

Jika orangtua berangkat ke kantor, siapa yang menjaga anak-anak di rumah sementara sekolah tutup?

Sama seperti di Indonesia, orangtua di Amerika juga bingung mencari solusi ini di tengah pandemi.

Ilustrasi pengasuhan anak selama pandemi. (Shutterstock)

Deb Perelman's, pendiri Smitten Kitchen menulis untuk The New York Times tentang dilema orangtua pekerja yang terhimpit situasi khas pandemi.

Dalam tulisannya yang berjudul In the COVID-19 Economy, You Can Have a Kid or a Job. You Can't Have Both yang tayang pada Kamis (02/07/2020), Deb menulis rencana pemerintah untuk membuka sekolah sebagian akan membuat orangtua kebingungan.

Baca Juga: Ada Kids Room di Kantor, Ibu Bekerja Tak Lagi Galau Soal Pengasuhan Anak

"Kenapa tidak ada yang membicarakan hal ini? Mengapa kita tidak mendengar teriakan yang memekakkan telinga sehingga tidak ada kebijakan lamban yang dapat diterapkan tanpa menyapa orang-orang yang terkubur karenanya?"

Deb kembali menegaskan pentingnya suara yang lantang sebagai jalan keluar. Ia berharap pemerintah bisa memberi solusi bagi para orangtua agar segalanya berjalan imbang dan beriringan.

"Selama berbulan-bulan, saya telah bergumam tentang hal ini, dalam teks grup, dalam grup Facebook rahasia untuk ibu, dalam pertemuan bermasker ketika saya bertemu dengan teman sesama orangtua di jalan. Kita semua saling bertanya mengapa kita tidak membuat lebih banyak suara."

Ilustrasi virus corona, covid-19. (Pexels/@cottonbro)
Ilustrasi virus corona, covid-19. (Pexels/@cottonbro)

"Tetapi segera setelah Anda mengungkapkan ini, percakapan akan jadi kabur dengan argumen yang tidak relevan dan membuat Anda memulai tim debat di sekolah mana pun."

Deb bersikeras, selama orangtua tak diberikan pilihan antara anak dan bekerja, maka situasi yang timpang akan terus terjadi meski virus sudah bisa diatasi.

"Rencana bergerak maju, ekonomi terbuka tapi sebagian besar sekolah, penitipan anak tutup seolah-olah semuanya akan baik-baik saja jika satu orangtua kehilangan karier, asuransi, dan mata pencaharian mereka dalam proses. Itu keterlaluan. "

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI