Ia juga menyebutkan bahwa Arab Saudi mengirim bantuan miliaran dolar pada awal terjadinya intifada kedua tahun 2000.
Bulan lalu, pejabat keamanan Israel memulai diskusi untuk mempersiapkan berbagai skenario jika terjadi kekerasan atau protes terorganisisasi.
Mahmoud Abbas, pemimpin Partai Fatah, dan gerakan teroris Hamas menyatakan menentang aneksasi Tepi Barat saat konferensi virtual yang diadakan pada hari Kamis. Mereka juga berkomitmen untuk "bersatu" melawan inisiatif Israel tersebut.
"Kami akan memberlakukan semua mekanisme untuk memastikan persatuan nasional terhadap proyek Israel," kata sekretaris jenderal Fatah Jibril Rajoub.
Baca Juga: Tolak Bayar Pajak ke Israel, Gaji Ribuan Pegawai Palestina Dipangkas
Dikutip dari Russian Today, dua faksi yang saling bersaing di Palestina yaitu Hamas yang memerintah Jalur Gaza, dan Fatah, yang bertanggung jawab atas Tepi Barat berjanji melakukan kampanye bersama melawan rencana aneksasi Israel.
Mahmoud Abbas juga telah menarik diri dari perjanjian keamanan dengan Israel atas perampasan tanah yang akan datang, menghilangkan hambatan hukum yang menghalangi mereka yang mau mengambil bagian dalam kekerasan anti-Israel.
Intifadah merupakan salah satu gerakan perlawanan untuk merebut kembali tanah Palestina pra-Israel, aksi tersebut dilandasi rasa tertindas dan kehilangan yang dirasakan oleh para penduduk Palestina sejak peristiwa pengusiran paksa oleh tentara Yahudi.
Peristiwa intifada Palestina pertama terjadi pada tahun 1987 dan berakhir pada 1993 dengan ditandatanganinya Persetujuan Oslo dan pembentukan Otoritas Nasional Palestina.
Baca Juga: Kecam Aneksasi Israel, Boris Johnson: Jangan Caplok Wilayah Tepi Barat