Suara.com - Media sosial digegerkan dengan sebuah rekaman video yang memperlihatkan seorang pria menjual tokek seharga Rp 1 triliun. Rekaman video tersebut viral di Instagram.
Berdasarkan pengakuan pria di video, tokek yang ia bawa disebut dengan nama Tokek Julung-Julung. Tokek itu diklaim berasal dari Nusa Tenggara Barat dengan panjang 85 sentimeter.
“Ini tokek julung-julung di NTB, panjang 85 cm,” ujar pria itu seperti terdengar dalam video yang dibagikan ulang oleh Instagram @media.virals, Minggu (5/7/2020).
Pemilik tokek tersebut, kata pria itu, adalah seseorang bernama Zaki yang tinggal di Lombok. “Ini yang punya Zaki, di Lombok,” ujarnya.
Baca Juga: Viral Tokek Seharga Rp 1 Triliun, Ternyata Ini yang Bikin Mahal
Ia pun mengatakan bahwa tokek itu ingin ia jual Rp 1 triliun kepada yang berminat. “Saya mau jual 1 T (triliun),” ujar pria itu sambil memegang tokek tersebut dengan kedua tangannya.
Kenapa harga tokek mahal?
Kok bisa sih tokek dipatok dengan harga fantastis? Nah, ternyata tokek memang memiliki nilai jual tersendiri. Bahkan harga tokek ada yang sampai miliaran rupiah.
"Tokek yang mempunyai berat hingga lima ons dapat dijual hingga satu miliar rupiah," ungkap Muri, seorang pedagang hewan di Pasar Burung Pramuka, seperti dikutip dari Antara.
Dihargai tinggi karena binatang dengan nama ilmiah gecko gecko itu dipercaya berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit.
Baca Juga: Widih! Pria di Lombok Jual Tokek Raksasa Seharga Rp 1 Triliun
“Tokek yang mempunyai berat lima ons sudah memproduksi liur dan empedu. Air liur dan empedu itulah yang dipercaya berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit, bahkan AIDS,” klaim Muri.
Tapi ukuran tokek rata-rata kecil hingga susah mendapat tokek seberat lima ons. Muri bilang, tokek seberat lima ons bisa berumur hingga puluhan tahun. Ukurannya sekira sepanjang botol air mineral kemasan satu liter.
“Untuk pengobatan, tokek bisa langsung dikonsumsi dagingnya, bahkan di beberapa tempat daging tokek dikonsumsi dalam bentuk sate tokek,” kata Muri.
Mahal, tapi belum tentu manjur
Tokek kerap diekspor ke luar negeri sebagai penyembuh obat HIV/AIDS dan anti tumor. Tokek juga digunakan dalam pengobatan tradisional China atau traditional Chinese medicine (TCM).
Tapi perlu diketahui, ternyata khasiat tokek untuk kesehatan belum terbukti.
Diberitakan Asiaone pada 2011 lalu, Direktur komunikasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Christy Feig, melalui e-mail ke New Straits Times mengatakan, “Klaim bahwa tokek dapat menyembuhkan penyakit sama sekali tidak memiliki kredibilitas dan desas-desus bahwa reptil itu dapat membantu meringankan penyakit AIDS tidak benar”.
Jangan memburu tokek
Diberitakan Hops.id -- jaringan Suara.com, mahalnya harga tokek membuat perburuan terhadap hewan tersebut semakin gencar. Kepala Seksi Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lebak, Nurly Edlinar, mengimbau warga jangan memburu tokek karena dapat merusak ekosistem habitat lingkungan.
Tokek berguna bagi lingkungan dan manusia. Tokek berperan untuk mengendalikan hama dan mempertahankan ekosistem yang rapuh. Di alam, tokek adalah predator pemakan serangga dan cacing. Di antaranya memakan berbagai jenis nyamuk, termasuk nyamuk aedes aegypty pembawa virus demam berdarah (DBD).
“Setiap tahun tingginya penderita DBD disebabkan berkurangnya tokek. Bahkan di Rangkasbitung satwa tokek sudah langka dan tidak terdengar lagi bunyi tokek di malam hari,” kata Nurly memungkasi.